Sepertinya, ada masalah dengan kejiwaan anak saya. Kesehatan mentalnya terganggu. Saya lantas mengajaknya untuk ke psikiater. Meski awalnya menolak karena merasa dia baik-baik saja, akhirnya anak saya bersedia.
Diam-diam, suami saya menceritakan kondisi anak saya ke temannya yang satu komunitas di Land Rover. Kebetulan, anak kawannya ini memiliki indera keenam atau indigo.
Anaknya ini, menurut cerita kawannya kepada suami, baru saja "menyembuhkan" anak kawannya yang ketempelan makhluk tidak kasat mata. Semalaman anaknya itu berinteraksi dengan makhluk tersebut.
Hasil penerawangan sang indigo, anak saya ini sebenarnya, katanya, tidak sakit. Itu sakit yang dibuat. Dia menyarankan untuk tidak membawa anak saya ke psikiater dulu. Tetapi karena saya tidak percaya hal yang begituan, saya tidak setuju.
Besoknya, saya membawa anak saya ke psikiater. Diagnosa awal, anak saya begini karena ada sibling rivalry dengan adiknya. Ada kompetisi antar saudara kandung. Terlebih selama ini bersekolah yang sama. Dari TK, SD, SMP.
Masa iya, sih? Seingat saya sebagai orangtua, sepertinya tidak pernah deh membanding-bandingkan. Saya juga tidak pernah menuntut apa-apa. Tidak harus menjadi juara. Terpenting, rajin sekolah.
Kata psikiater yang memeriksa anak saya, mungkin dari pihak kawan-kawan anak-anak saya yang sering membanding-bandingkan. Misalnya, kok lebih pintar adiknya daripada kakaknya, kok adiknya lebih rajin, atau kalimat-kalimat lain yang membandingkan.
Setelah diperiksa, anak saya diminta bulan depan untuk kontrol lagi. Usai urusan di sini selesai, suami menjemput. Ternyata, kami tidak langsung pulang, tetapi mampir ke rumah kawannya yang memiliki anak indigo itu.
"Kita ke rumah teman Daddy dulu ya Kak, sebentar aja. Daddy mau ajak Kakak ketemu anaknya temam Daddy," kata suami kepada anak kami.
Mendengar hal ini, anak saya marah-marah. Dia memang menarik diri untuk bertemu dengan siapa saja. "Dibilang Kakak nggak mau ketemu orang juga," katanya dengan ketus.
Sampailah kami di rumah kawannya suami. Setelah berbasa-basi sebentar, kami pun dipersilakan masuk. Di sini, kami berjumpa dengan anak kawan suami yang indigo. Laki-laki berperawakan agak berisi.