Sabtu (15/10/2021) pagi, jadwal belajar tahsin. Setelah lebih dari satu tahun belajar secara online, akhirnya pembelajaran dilakukan secara tatap muka. Tempatnya di Masjid Al Ihsan Permata Depok, Jawa Barat, mengingat kegiatan ini adalah salah satu program masjid.
Sebelumnya, guru tahsin Ustadzah Zahra Faiza menyampaikan pembelajaran tahsin dilakukan secara tatap muka.
"Sabtu pagi insyaa Allah jadwal kita offline. Mohon masing-masing memakai face shield dan masker. Jika setoran, masker dilepas dan tetap memakai face shield. Pastikan hadir dalam kondisi fit dan sehat. Semoga berjalan lancar, sehat-sehat semua. Aamiin yaa Rabbal'aalamiin"
Membaca apa yang disampaikan guru di group, kami, para murid menyambut dengan antusias. Ya tidak beda jauhlah dengan peserta didik di sekolah-sekolah.
Bagaimana tidak antusias, wong selama setahun lebih itu perjumpaan hanya sebatas di online. "Akhirnya, bisa saling bertemu". Begitu tanggapan sebagian besar dari kami.
Terlebih banyak juga yang belum pernah bertemu ustadzah dan "murid" lainnya secara tatap muka. Kalau saya baru sekali, ketika tilawah online selama Ramadhan berakhir, kami para murid (yang berbeda dengan kelas tahsin) bersilaturahmi ke rumahnya yang tidak begitu jauh dari masjid.
Paling saya sering bertemu dengan tetangga depan rumah yang juga belajar tahsin di group yang sama dengan saya. Saya sering menyebutnya tetangga lima langkah. Lima langkah (lebar) saya, lima langkah (lebar) tetangga saya. Jadi, jarak rumah saya dengan rumahnya ya kira-kira 10 langkah (lebar).
Tadi pagi saja, saya ke luar pagar, eh tetangga saya juga ke luar pagar. Padahal, tidak janjian. Jadilah kami berangkat bareng ke masjid yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumah kami.
Pembelajaran tatap muka yang mulai dilakukan di sekolah-sekolah, mau tidak mau, juga ikut menjadi pertimbangan pihak masjid untuk menerapkan pembelajaran secara tatap muka juga.
Selama menerapkan protokol kesehatan, mengapa tidak? Saat kami tiba di masjid, saya dapati meja-meja kecil sudah tersusun rapi dan berjarak. Kami juga pakai masker.
Enaknya PTM ini, guru bisa lebih menyimak apa yang kami baca tanpa ada noice seperti jaringan sinyal yang terkadang kurang ok. Guru juga bisa melihat jelas gerak bibir ketika membaca setiap huruf Alquran. Apakah benar sesuai dengan makhrajnya?
Cuma, tidak enaknya, saya jadi tidak bisa menyimak dengan jelas ketika peserta lain mendapat giliran. Para murid saat menyetor bacaan majunya sendiri-sendiri. Suaranya sih terdengar tapi tidak sejelas saat online.
Kalau online kan saya bisa mendengar jelas apa yang dibaca dan apa yang dikoreksi. Jadi, bisa menjadi bahan catatan buat saya dan bisa saya pelajari setelahnya. Atau kalau ada yang tidak saya pahami saya bisa langsung bertanya.
Bedanya dengan PTM di sekolah, materi pelajarannya sama di halaman buku yang sama. Seragam. Jadi, para siswa bisa fokus menyimak apa yang diajarkan guru.
Nah, kalau PTM kelas tahsin, setiap murid berbeda-beda apa yang dipelajarinya. Misalnya, tadi saya di halaman 54 bab surat-surat pendek, sementara yang lain di halaman dan bab yang berbeda.
Ada juga yang sudah beralih ke Alquran setelah materi di buku Mutqin atau metode tahsin Turki Ustmani tuntas. Buku Mutqin ini buku pegangan yang biasa digunakan di proses pembelajaran program tahsin Rumah Tajwid.
Metode ini diajarkan bagaimana membaca Alquran yang baik dan benar dengan standar madinah. Metode yang telah digunakan lebih dari 600 tahun. Dengan metode ini, jika sering berinteraksi dengan Alquran kita bisa hafal Alquran rata-rata maksimal 8 bulan.
Dengan kata lain, belajar tahsin tilawah itu bagaimana memperbaiki atau memperindah bacaan Alquran sesuai tajwid. Sehingga bacaan kita sesuai dengan bacaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Bagaimana mengeluarkan huruf dari makhroj-nya, memenuhi sifatnya dan memperhatikan hukum bacaannya. Yang perlu diingat, praktik membaca Alquran sesuai tajwid itu hukumnya wajib bagi setiap muslim.
Karena jarak meja guru dengan saya agak jauh, jadi kurang fokus. Akhirnya, saya alihkan dengan membaca Alquran. Ada sih sesi pertanyaan, tapi karena sudah dikoreksi saat maju menghadap guru, jadi tidak ada pertanyaan.
Kalau di kelas online biasanya saya banyak bertanya karena apa yang dibaca peserta lain ikut terpantau oleh saya. Terlebih kan terlampir di layar. Jadi, terbaca oleh saya. Malah bisa saya capture.
Tapi, syukurlah, pelajaran kelas online masih diadakan. Jadi, PTM sekali, kelas online sekali.
Menurut saya pribadi, belajar tahsin itu penting. Karena apakah saya membaca Alquran sudah dengan baik dan benar? Apakah bacaan saya selama ini sudah sesuai dengan bacaan Rasulullah? Apakah saya membaca setiap huruf dalam Alquran sesuai dengan sifat-sifatnya dan tepat makhroj-nya?
Ternyata, setelah saya ikut tahsin, saya baru menyadari banyak kekeliruan yang saya terapkan selama ini. Pengucapan huruf kurang tepat. Hukum-hukum membaca Alquran banyak juga yang kurang tepat.Â
Itu berarti apa yang saya ajarkan kepada anak saya juga keliru. Oh, no! Pantas, dulu banget ketika saya ikut lomba MTQ tidak lolos di babak penyisihan hehehe...
Dengan belajar tahsin kesalahan-kesalahan dan kekeliruan tersebut pun dibenahi oleh guru. Saya lambat laun jadi paham bagaimana membaca Alquran sesuai hukumnya.Â
Salah cara membaca, berarti salah pula artinya. Jadi tidak sesuai dengan yang seharusnya. Fatal, bukan? Secara Alquran adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan langsung oleh Allah SWTÂ yang tidak ada kesalahan sedikitpun di dalamnya.
Dan, saya baru paham setelah saya setua ini? Tidak apa-apalah. Seperti kata pepatah biar terlambat asal selamat.
Ketika saya praktikkan berdasarkan ilmu yang saya pelajari akan langsung terdeteksi jika ada yang keliru saat saya membacanya. Kemudian saya ulang-ulang hingga saya merasa yakin itu benar.
Guru menekankan, yang perlu diingat belajar dan mengajarkan Alquran merupakan kegiatan yang perlu senantiasa dijaga kelurusan niatnya, hanya untuk Allah. Bukan untuk kebanggaan diri atau bahkan penilaian orang lain.
Wallahu'alam bisshowab
Bagaimana belajar tahsin, beberapa sudah saya tuangkan dalam tulisan berikut ini:
Tidak Perlu Malu Belajar Tahsin Alquran di Usia Taklagi Muda
Belajar Tahsin, Membaca Alquran Pilih Kualitas atau Kuantitas?
Belajar Tahsin, Cara Membaca Hukum "Mad"
Belajar Tahsin, Membaca Hukum Huruf Nun Sukun
Belajar Tahsin, Kesalahan Membaca Huruf Dzal
Belajar Tahsin, Allah Melihat Proses Bukan Hasil
Belajar Tahsin, Cara Membaca Hukum Iqlab
Belajar Tahsin, Begini Membaca Tanda Sukun dan Waqaf
Belajar Tahsin, Cara Membaca Hukum Idgham
Belajar Tahsin, Latihan Membaca Idgham Sempurna dan Tidak Sempurna
Belajar Tahsin, Cara Membaca Tanda-tanda Berhenti
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H