Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Langkah TaPe uLi Wujudkan Lingkungan dan Hidup Lebih Sehat

11 Oktober 2021   10:25 Diperbarui: 11 Oktober 2021   11:43 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Madya Harmeka, S.Pd.I, pendiri komunitas TaPe uLi (dokumen pribadi)

Sosok perempuan ini bernama Madya Harmeka, S.Pd.I. Pendiri komunitas TaPe uLi atau Tangan Peduli Lingkungan. Selain aktif sebagai pegiat lingkungan, ia juga pembina PKK RW Permata Depok. Ya, ia adalah istri dari Ketua RW 007 di kompleks saya tinggal.

Komunitas ini didirikan pada 19 Februari 2013 dan menjadi wadah berkumpulnya masyarakat yang peduli terhadap permasalahan lingkungan, khususnya pengelolaan sampah.  

Madya terpikirkan membentuk komunitas ini berawal saat ia membaca satu artikel mengenai global warming. Dalam artikel yang dibacanya itu disebutkan bercampurnya sampah organik dan anorganik akan menghasilkan senyawa metana.

Senyawa metana ini sama berbahayanya dengan senyawa karbondioksida. Dua senyawa yang dapat mengancam kehidupan makhluk hidup di bumi. 

Kebiasaan masyarakat yang mencampur sampah organik dan anorganik, jelas membuatnya prihatin. Karena, kebiasaan ini dapat merusak lingkungan. Tentu saja hal ini dapat berimbas pada tingkat kesehatan seseorang. Lingkungan yang tidak sehat akan membuat seseorang rentan terkena penyakit.

Ia pun lantas berinisiatif menyosialisasikan kepada tetangga sekitar di sektor Berlian 2, bagaimana cara mengolah sampah dengan baik dan benar. Kebetulan, ia sudah menerapkannya di rumah. Ia merasa terpanggil untuk bersama-sama mengatasi masalah lingkungan.

Jadi, ilmu yang didapatnya dibagikan ke warga sekitar.  Bagaimana sampah-sampah dipilah menjadi  sampah organik, nonorganik, dan sampah residu. Ia ingin lingkungan menjadi bersih, sehat, dan nyaman.

Sosialisasi juga dilakukan ke sektor-sektor lain, termasuk sektor Berlian 1, lokasi tempat tinggal saya, melalui arisan bulanan. Ibu RW, begitu biasa kami menyapanya, dalam sosialisasinya selalu dibantu tetangga saya, Bunda Lela, yang juga pengurus RT 003.

Dalam sosialisasinya dijelaskan, untuk sampah organik seperti daging dikubur di dalam lubang biopori. Sedangkan, untuk sampah organik lainnya seperti dedaunan, diolah menjadi pupuk kompos yang menghabiskan waktu sekitar empat bulan sampai siap untuk dipakai.

Tidak hanya sebatas teori. Kami, para warga diajak untuk mempraktekkannya. Tidak masalah di lahan yang sempit di area rumah. Terpenting lahan bisa dimanfaatkan untuk membuat lubang biopori. Kami pun secara bergiliran dipinjamkan garpu tanah untuk membuat lubang biopori.

Di masa pandemi Covid-19, komunitas TaPe uLi juga kerap melakukan kegiatan webinar untuk mengedukasi warga tentang berbagai hal bagaimana kontribusi warga menjaga lingkungan sekitar tetap bersih dan sehat.
 
TaPe uLi sendiri memiliki misi penyelamatan bumi dari hal terkecil dan terdekat. Seperti pengelolaan sampah rumah tangga melalui bank sampah, pengembangan produk kreatif daur ulang sampah, pengelolaan sampah organik, edukasi tentang lingkungan, pengembangan kawasan peduli lingkungan, dan sebagainya.

penimbangan sampah di bank sampah (dokumen pribadi)
penimbangan sampah di bank sampah (dokumen pribadi)

Awalnya, kiprah Komunitas ditandai dengan beroperasinya Bank Sampah di 5 titik wilayah Kecamatan Cipayung, Kota Depok, Jawa Barat. Bank sampah ini sendiri sudah menyebar ke banyak titik di Kota Depok. Bermitra dengan bank sampah unit dan bank sampah induk.

Bank Sampah adalah program masyarakat mandiri dalam menyelesaikan persoalan pengelolaan sampah di lingkungannya, khususnya sampah non organik yang masih dapat didaur ulang.  

Biasanya, Bunda Lela, tetangga saya itu, sering menginformasikan di group warga jika Bank Sampah sudah dibuka. Warga diperkenankan untuk menyetor. Bank sampah ini terbuka juga untuk warga di luar kompleks perumahan.

Sebagaimana namanya, Bank Sampah, ya bank berisi sampah. Mekanismenya mirip dengan bank konvensional. Warga menyetor sampah ke bank, lalu ditimbang, nilainya dikonversi dengan sejumlah uang. Uang ini disimpan di bank sampah.

Warga yang menabung bank sampah diberi buku tabungan untuk mencatat setiap transaksi. Warga juga dapat meminjam uang yang nantinya dikembalikan dengan sampah seharga uang yang dipinjam.

Sampah yang ditabung ini nantinya akan dijual di pabrik yang sudah bekerja sama dengan PKK RW. Sedangkan plastik kemasan dibeli ibu-ibu PKK untuk didaur ulang menjadi barang-barang kerajinan. Lalu hasil kerajinan ini dijual atau diikutkan dalam kegiatan pameran.

Sedangkan sampah residu diserahkan dan kemudian dikelola oleh TPA. Untuk sampah organik sudah dikelola oleh Pemkot Depok di UPS (unit pengelolaan sampah) yang nantinya menjadi kompos.

Buku tabungan nasabah bank sampah (dokumen pribadi)
Buku tabungan nasabah bank sampah (dokumen pribadi)

Bank Sampah ini mendapat sambutan hangat dari warga dan masyarakat di luar kompleks, termasuk pemulung yang mencari barang bekas di lingkungan kompleks rumah. Selain lingkungan menjadi bersih, juga dapat menambah penghasilan.

Penghasilan tambahan ini tentu saja bisa digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi warga. Setidaknya, dapat menambah uang belanja keluarga. Membeli beras, lauk pauk, sayuran. Kebutuhan nutrisi yang sangat dibutuhkan keluarga.

Di Bank Sampah juga dikembangkan produk-produk kreatifitas dari daur ulang sampah (ecocraft). Produk ecocraft ini telah sering diikutsertakan pada berbagai event pameran yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Depok.

Komunitas TaPe uli yang juga mempunyai program menanam pohon, memiliki visi menjadi komunitas terdepan dalam pengelolaan lingkungan untuk mewujudkan pelestarian dan penyelamatan bumi berbasis masyarakat.

"Melalui bank sampah, diharapkan  kesadaran masyarakat meningkat agar tercipta lingkungan yang bersih dan mampu menghasilkan berbagai produk dari sampah yang dihasilkan. Kami selalu sampaikan apa pun jenis sampahnya semua itu dapat kita manfaatkan," jelasnya suatu ketika.

Dari pengolahan sampah anorganik, TaPe uLi telah menghasilkan berbagai kreasi. Di antaranya tas yang terbuat dari plastik, dompet dari kemasan kopi atau detergen, serta hiasan rumah tangga yang dekoratif dari koran bekas. Semua itu menguntungkan dan memiliki nilai jual.

Selain itu, ada terobosan baru yang dilakukan PKK RW 07 di awal tahun ini bersama Komunitas TaPe uLi, yaitu program Sedekah Jelantah Rumah Tangga untuk Lingkunganku, yang disingkat Senyumku.

Ini adalah sedekah minyak jelantah atau minyak habis pakai. Jadi, warga RW 07 wilayah tempat saya tinggal diminta untuk "menyedekahkan" minyak jelantah. Minyak yang tentu saja akrab dengan kaum ibu rumah tangga.

Berbagai karya dari limbah sampah (dokumentasi TaPe uLi)
Berbagai karya dari limbah sampah (dokumentasi TaPe uLi)
Maksud dari sedekah minyak jelantah yaitu warga mengumpulkan minyak jelantah yang sudah disaring, lalu dimasukkan ke wadah. Baru membawanya ke titik kumpul RW, atau bank sampah, atau titik-titik yang sudah disepakati.

Di titik kumpul itu, warga lalu memasukkan minyak jelantah tersebut ke dalam dirijen yang sudah disediakan. Nah, jika dirijen ini sudah penuh akan dijual ke pengepul atau pabrik yang biasanya didaur ulang untuk bahan bakar nabati (bio-fuel) yaitu biodiesel.

Uang yang dihasilkan itu nantinya digunakan untuk program kegiatan RW 07 semisal penataan, pemeliharaan dan perawatan taman. Atau untuk menunjang kegiatan Satgas Covid-19 dalam mengatasi pandemi yang disebabkan virus Corona itu.

Jadi, konsepnya berupa sharing sedekah. Masyarakat tidak menjual, tapi menyalurkan sedekahnya dengan minyak jelantah. Lebih bermanfaat bukan daripada dibuang begitu saja, bukan?

Hasilnya, di gerbang kompleks rumah dibuat taman-taman bunga yang ditata sedemikian rupa sehingga kompleks rumah menjadi lebih indah, asri, dan sejuk.

Komunitas ini juga merangkul anak-anak muda untuk ikut peduli menjaga lingkungan dengan membentuk TaPe uLi muda.

Berkat Komunitas TaPe uLi ini, saya dan warga perumahan menjadi paham mengelola sampah rumah tangga. Tidak lagi mencampur semua jenis sampah. Tetapi memilah-milahnya. Mana sampah organik, nonorganik, dan residu.

Ilmu yang saya dapatkan ini, saya tularkan kepada asisten rumah tangga dan anak-anak saya. Jika ilmu yang bermanfaat ini menyebar dari satu orang ke beberapa orang, lalu menyebar ke beberapa orang lagi, sudah terbayang kan dampaknya? Ya, ini langkah kecil menuju langkah besar.

Sebagaimana ajaran agama, sebaik-baiknya manusia adalah yang memberikan manfaat kepada banyak manusia.

Bukan begitu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun