Setelah mendapatkan sosialisasi mengenai metode Ummi, Selasa (5/10/2021), diadakan placement atau semacam test untuk mengetahui sejauhmana kemampuan anak mengenal huruf hijaiyah. Nanti penempatan kelas dan levelnya tergantung dari hasil test ini.
TPA ini berlangsung setiap Selasa, Rabu, dan Kamis. Setiap sesi berlangsung selama 2 jam. Setiap kelas maksimal berisi 12 santri sehingga memudahkan anak mempelajari Alquran dengan benar, tepat, dan cepat.
Perbedaannya dengan kelas sebelumnya, tidak ada lagi pelajaran mewarnai huruf, menggambar, atau menebalkan huruf. Kali ini lebih fokus pada cara pengucapan huruf atau makhroj yang benar, khususnya dalam membaca Alquran.
Guru yang mengajarkan juga langsung dibaca atau tidak dieja atau tanpa diurai. Cara membacanya pun pendek-pendek. Bagi guru, metode Ummi ini sangat terasa efektivitasnya.
Selain anak teratur dalam belajar membaca Alquran, juga memudahkan guru dalam mengajar. Sebab, dengan metode ini, guru hanya dibebankan maksimal 10-12 anak dalam setiap sesi sehingga pengawasan pembelajaran jauh lebih efisien.
Belajar Alquran menjadi bekal terbaik buat kita karena dalam Alquran ada petunjuk dan pedoman hidup. Yang dapat membentengi diri dari pergaulan-pergaulan bebas.
Anak saya sendiri senang belajar Alquran dengan metode Ummi. Tidak beda jauh sih dengan metode Iqro, katanya. Tapi, di metode Ummi, diulang-ulang cara pengucapan huruf yang baik. Karena diulang-ulang itu, jadi terekam di otaknya sehingga mudah diingat.
Pendidikan Alquran pada anak harus menjadi prioritas dan utama. Rasanya tidak adil saja, jika untuk pendidikan lainnya kita tidak merasa berat, masa untuk pendidikan Alquran begitu perhitungan.
Semoga Allah memudahkan dan melancarkan para santri yang tengah belajar Alquran ini.
Wallahu 'alam bisshowab
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI