Kedua, Repetition (diulang-ulang). Bacaan Alquran akan semakin kelihatan keindahan, kekuatan, dan kemudahannya ketika kita mengulang-ulang ayat atau surat dalam Alquran.
Begitu pula seorang ibu dalam mengajarkan bahasa kepada anaknya. Kekuatan, keindahan, dan kemudahannya juga dengan mengulang-ulang kata atau kalimat dalam situasi dan kondisi yang berbeda-beda.
Ketiga, Affection (kasih sayang yang tulus). Kekuatan cinta, kasih sayang yang tulus, dan kesabaran seorang ibu dalam mendidik anak adalah kunci kesuksesannya. Tidak ada yang meragukan kasih sayang seorang ibu pada anaknya.
Ustadz juga mengingatkan, seorang guru yang mengajar Alquran jika ingin sukses hendaknya meneladani seorang ibu. Sehingga guru juga dapat menyentuh hati siswa mereka.
"Sebenarnya belajar membaca Alquran dengan metode ummi itu hal yang mudah, tidak ada kata sulit. Asal ada niat dan tekad untuk membaca Alquran. Dengan kesungguhan, maka membacanya pun akan menjadi mudah," katanya.
Dikatakan, metode ummi hadir diilhami oleh metode-metode pengajaran membaca Alquran yang sudah tersebar di masyarakat. Â Metode yang sukses mengantarkan banyak anak sukses membaca Alquran dengan tartil.
Sebagaimana kita ketahui dalam mempelajari Alquran ada banyak metode cara mudah dan cepat membaca Al Qur'an. Ada metode baghdadi, iqra, qiroati, annuur, utsmani, abatatsa, yanbu'a, dan metode-metode lain yang berkembang pesat.
Menurut saya, anak saya penting kembali mengikuti TPA ini. Karena, mempelajari atau membaca Alquran hukumnya fardu kifayah. Namun, untuk membacanya menggunakan ilmu tajwid secara baik dan benar merupakan fardhu ain.
Dalam arti, kalau terjadi kesalahan dalam membaca Alquran termasuk dosa, karena bisa mengubah arti bacaan Alquran. Untuk menghindarinya, kita dituntut belajar membaca Alquran kepada ahlinya.
Seperti halnya saya belajar tahsin pada ahlinya, anak kedua belajar bersama guru privat yang datang ke rumah, nah si bungsu pun demikian harus belajar bersama ahlinya. Biar juga bisa sekalian bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.
Kalau anak pertama saya mah maunya belajar mengajinya bersama saya. Tidak mau dengan guru privat. Jadi, seminggu tiga kali seusai shalat shubuh saya pun menjadi guru mengajinya.