Tadi, Kamis (7/10/2021), saya ada agenda kegiatan di Menara Batavia, Jalan Haji Mas Mansyur, Jakarta Pusat.Â
Seperti biasa, saya antusias karena senang bisa melihat "dunia" lagi. Terakhir itu, ya sekitar seminggu lalu.
Untuk bisa sampai di sini, biasanya saya naik KRL turun di Stasiun Tebet, lanjut naik mikrolet 44 tujuan Karet turun deh di depan Menara Batavia. Bisa juga turun di Stasiun Karet, lanjut jalan kaki atau naik ojek.
Karena saya penasaran dengan wajah Stasiun Tebet yang sudah di-make over, sebagaimana yang saya dengar, maka saya memutuskan untuk turun di Stasiun Tebet saja.Â
Stasiun Tebet sendiri dikenal sebagai stasiun terpadat karena berada di pusat perkantoran bisnis, yakni Kuningan Rasuna Said, Mega Kuningan, Mall Ambasador, dan Karet Semanggi. Â
Penataan sudah dilakukan sejak awal November 2020 dan sudah diresmikan pada Rabu (29/9/2021) oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menteri BUMN Erick Thohir. Jadi, penasaran dong saya hehehe...
Saya naik KRL dari Stasiun Citayam. Perjalanan sampai Stasiun Tebet karena melewati 12 stasiun, hitungan saya membutuhkan waktu sekitar 40 menit. Sesampainya di sini, penampakan Stasiun Tebet terlihat begitu manis.Â
Mata saya pun melepas pandangan ke segala arah. Sungguh, tertata begitu rapi dan asri. Lebih teratur dan lebih segar. Sesegar udara di pagi hari. Tidak henti-hentinya saya mengagumi keasrian Stasiun Tebet.
Perubahan terlihat di pintu barat dan pintu timur yang terintegrasi dengan Transjakarta dan angkot JakLingko.
Jika dibandingkan sebelum-sebelumnya, Stasiun Tebet terlihat kusam, kucel, kumuh, semrawut mirip kabel yang berbelit-belit, dan becek kalau hujan. Tidak asyik banget deh. Apalagi kalau malam. Penerangannya temaram.Â
Belum lagi, angkutan umum, bus TransJakarta, ojek pangkalan dan ojek online, pedagang kaki lima, ditambah banyaknya penumpang KRL, yang berada di area yang sama, membuat penampakan Stasiun Tebet tidak enak banget dilihat.Â
Nah, saat ini, ketika saya menjejakkan kaki di stasiun ini, tampilan wajah barunya yang tertata rapi membuat saya takjub. Wow, kinclong banget! Penataannya terintegrasi dengan moda transportasi lain.
Ketika ke luar dari Stasiun Tebet, beberapa papan petunjuk tergantung memberikan informasi kepada penumpang. Tertera jelas arah transportasi kota, food court, atau arah ke luar sisi lain.
Adanya papan petunjuk ini memudahkan penumpang KRL untuk melanjutkan perjalanannya jika ingin menggunakan transportasi lainnya. Tersedia titik khusus untuk ojek online dan Transjakarta yang memudahkan untuk mengakses transportasi umum.
Menurut saya, adanya konektivitas antarmoda ini dapat meningkatkan jumlah pengguna transportasi umum. Juga dapat meningkatkan aksesibilitas para pengguna KRL saat akan menuju atau tiba di stasiun.Â
Jadi, dapat menekan kemacetan lalu lintas di beberapa ruas jalan yang biasa kerap saya alami. Iya, setidaknya dengan adanya penataan ini, orang-orang akan beralih ke transportasi umum.Â
Penggunaan kendaraan pribadi pun berkurang. Itu artinya, mengurangi kepadatan jumlah kendaraan. Iya, nggak sih? Masuk logika tidak? hehehe...
Di sisi lain, para PKL juga tertata rapi sehingga membuat nyaman para penumpang KRL. Kios-kios makanan berjejer rapi. Menyediakan berbagai macam makanan hingga cemilan.Â
Saya melihat ada geliat ekonomi tumbuh yang dapat membuat para UMKM ini semakin siap menghadapi pandemi Covid-19 yang belum berakhir ini.Â
Salah seorang pedagang makanan di Stasiun Tebet yang ketika saya mintai pandangannya, menilai penataan di stasiun yang terintegrasi dengan beberapa moda transportasi itu menarik perhatian pengunjung lebih banyak.Â
"Saya berharap dapat membantu meningkatkan penjualan dagangan saya. Kan ditata sedemikian menarik sehingga diharapkan dapat menarik pengunjung juga," katanya.Â
Di luar stasiun dipasang guiding block atau jalur pemandu guna membantu para penyandang disabilitas. Tempat parkir sepeda untuk pengguna KRL juga tersedia yang tak berada jauh dari tempat menunggu TransJakarta.
Kawan saya, Stevani Elisabeth, yang sama-sama tinggal di Depok, Jawa Barat, mengatakan penataan ini membuatnya jadi lebih betah berlama-lama di stasiun.Â
"Bagus ya Butet. Sudah tertata rapi. Tempat nongkrongnya juga enak, nggak semrawut kaya dulu. Ada stand-stand makanan. Jadi bagus, lebih bagus sekarang," katanya yang juga memiliki agenda yang sama dengan saya.Â
Butet adalah panggilan saya, Bu Tety, yang disingkat menjadi Butet. Terkesan seperti orang Batak ya? Hehehe...
Kawan saya ini berharap, masyarakat dapat menjaga Stasiun Tebet yang baru ini demi kenyamanan bersama. Seperti tidak mencoret dan tidak buang sampah sembarangan.
Pengguna jasa transportasi umum di Stasiun Integrasi Tebet juga mengapresiasi penataan stasiun ini. Setidaknya itu terdengar dari percakapan dua penumpang yang turun di Stasiun Tebet.
Gubernur DKI Anies Baswedan saat meresmikan penataan Stasiun Tebet, berharap dengan pengintegrasian ini lebih banyak warga yang memilih naik kendaraan umum, sebagai pilihan yang rasional.Â
"Sebab, terjangkau secara jarak, biaya, predictable secara waktu dan bisa dikerjakan sambil mengerjakan aktivitas lain, sehingga dengan naik kendaraan umum kita akan lebih produktif," kata Anies sebagaimana yang saya baca di kompas.com.
Tadinya, saya mau naik bus TransJakarta trayek 6C Rute Stasiun Tebet - Tanah Abang, tapi berhubung saldo e-money tidak cukup, jadi kami memutuskan naik angkot Mikrolet 44. Tarifnya 5000, beda tipis dengan tarif naik bus TransJakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H