Salah seorang pedagang makanan di Stasiun Tebet yang ketika saya mintai pandangannya, menilai penataan di stasiun yang terintegrasi dengan beberapa moda transportasi itu menarik perhatian pengunjung lebih banyak.Â
"Saya berharap dapat membantu meningkatkan penjualan dagangan saya. Kan ditata sedemikian menarik sehingga diharapkan dapat menarik pengunjung juga," katanya.Â
Di luar stasiun dipasang guiding block atau jalur pemandu guna membantu para penyandang disabilitas. Tempat parkir sepeda untuk pengguna KRL juga tersedia yang tak berada jauh dari tempat menunggu TransJakarta.
Kawan saya, Stevani Elisabeth, yang sama-sama tinggal di Depok, Jawa Barat, mengatakan penataan ini membuatnya jadi lebih betah berlama-lama di stasiun.Â
"Bagus ya Butet. Sudah tertata rapi. Tempat nongkrongnya juga enak, nggak semrawut kaya dulu. Ada stand-stand makanan. Jadi bagus, lebih bagus sekarang," katanya yang juga memiliki agenda yang sama dengan saya.Â
Butet adalah panggilan saya, Bu Tety, yang disingkat menjadi Butet. Terkesan seperti orang Batak ya? Hehehe...
Kawan saya ini berharap, masyarakat dapat menjaga Stasiun Tebet yang baru ini demi kenyamanan bersama. Seperti tidak mencoret dan tidak buang sampah sembarangan.
Pengguna jasa transportasi umum di Stasiun Integrasi Tebet juga mengapresiasi penataan stasiun ini. Setidaknya itu terdengar dari percakapan dua penumpang yang turun di Stasiun Tebet.
Gubernur DKI Anies Baswedan saat meresmikan penataan Stasiun Tebet, berharap dengan pengintegrasian ini lebih banyak warga yang memilih naik kendaraan umum, sebagai pilihan yang rasional.Â