SMP Negeri 1 Depok, Jawa Barat, tempat anak kedua saya bersekolah, tadi pagi (Rabu, 29 September 2021) mengadakan simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.Â
Simulasi tersebut untuk memastikan pembelajaran berjalan lancar serta protokol kesehatan Covid-19 diterapkan dengan baik dan benar.
Simulasi PTMT ini akan dievaluasi untuk menentukan apakah PTM dapat terus dilaksanakan atau tidak.Â
Sepertinya, PTM terbatas jadi nih dilaksanakan pada Senin, 4 Oktober 2021. Tinggal menghitung hari, semoga saja tidak ada kendala.
Semalam, wali kelas anak saya, Ibu Fitri menyampaikan untuk simulasi hari ini dengan menerapkan sistem genap ganjil. Hanya untuk para siswa dengan nomor urut absensi ganjil.Â
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam simulasi PTM antara lain memakai masker, membawa masker pengganti, membawa bekal, membawa hand sanitizer, dan membawa tisu.
Orang tua juga diminta untuk mengantar jemput siswa dan tidak berkumpul di lingkungan sekolah. Ketika orang tua atau wali murid ingin menjemput, mereka harus di area yang sudah ditentukan.
Nah, tadi pagi para siswa sudah harus berada di sekolah sebelum pintu gerbang dibuka pukul 07.30 WIB. Sedangkan pembelajaran di kelas dimulai pukul 08.00-10.00 WIB.Â
Sebelum masuk ke sekolah, para siswa harus mencuci tangan terlebih dahulu di tempat cuci tangan yang sudah disediakan.Â
Ada beberapa tempat cuci tangan yang sudah disediakan untuk menghindari terjadinya kerumunan, setelah itu dilakukan cek suhu.Â
Jika suhu di atas 37 derajat selsius, siswa diminta untuk pulang dan mengikuti pembelajaran secara daring di rumah. Kalau suhu tubuhnya normal baru siswa diperkenankan masuk ke sekolah.Â
Sebelum masuk ke kelas, para siswa memberi salam kepada guru yang menyambut mereka. Setelah itu, mencuci tangan memakai hand sanitizer, baru masuk ke kelas.Â
Jarak saat mengantre untuk mencuci tangan dan saat duduk di bangku harus diperhatikan. Ketentuan menjaga jarak di sekolah minimal 1,5 meter dengan diberikan tanda pembatas sebagai pengingat.
Tidak ada jam istirahat selama 2 jam pembelajaran. Para murid harus langsung pulang ke rumah masing-masing setelah pembelajaran. Dilarang berkumpul bersama teman-teman untuk menghindari terjadinya kerumunan.
Setelah pembelajaran usai, guru harus segera mencuci tangan pakai sabun di tempat cuci tangan yang sudah disediakan di depan ruang kelas. Ruang kelas juga harus segera dibersihkan menggunakan cairan disinfektan.
Adanya simulasi ini disambut antusias para siswa. Mereka seolah kembali melihat "dunia" setelah "terkurung" di rumah selama hampir dua tahun ini karena pandemi Covid-19. Kembali berjumpa dengan guru dan kawan tentu saja menjadi hal yang sangat membahagiakan.
Anak saya saja merasa senang dengan adanya simulasi PTM terbatas ini. Rasanya dia tidak sabar bulan segera berganti.Â
Anak saya bilang kalau belajar secara tatap muka  enak, pembelajaran lebih mudah dipahami.Â
Baca juga: Oktober, Sekolah di Kota Depok Siap-siap PTM Terbatas
Tidak masalah pembelajaran hanya 2 jam dan hanya 2 kali dalam seminggu, terpenting belajar di sekolah. Terpenting lagi, berjumpa dengan guru dan kawan-kawan. Bisa bertanya langsung kepada guru ketika tidak paham dengan mata pelajaran yang diajarkan.
Sementara itu, orang tua murid kelas IXA (dan orang tua murid kelas lain) menyambut positif ada simulasi ini. Termasuk saya tentunya. Orang tua jadi tidak perlu khawatir mengizinkan anaknya belajar tatap muka di sekolah.Â
Selama menerapkan protokol kesehatan Covid-19 sebagaimana aturan pemerintah, ya mengapa tidak? Iya, kan? Saya sih positive thinking saja demi kebaikan pendidikan anak-anak.Â
Soalnya, kalau di rumah terus terkadang anak-anak sering menyepelekan tugas dari guru. Kalau diingatkan baru bergerak. Orang tua juga tidak perlu pusing dengan segala macam pertanyaan mengenai pelajaran anak-anak.
Terpenting kan anak-anak happy, orang tua juga tenang. Terlalu lama belajar daring tidak bagus juga menurut saya.Â
Sebagaimana halnya yang juga disampaikan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ristek Nadiem Makariem. Bagaimanapun anak-anak membutuhkan pembelajaran secara langsung agar mudah menerima materi pelajaran dengan baik. Anak-anak juga butuh bersosialisasi dengan teman sebaya dan gurunya.
Berhubung hari ini tidak semua siswa mengikuti simulasi karena dalam satu rombongan kelas (rombel) hanya boleh diisi 50 persen siswa, wali kelas pun mengirimkan video simulasi untuk bisa disaksikan orang tua murid yang lain.
Berdasarkan berita yang saya baca hari ini, tidak hanya sekolah anak saya saja yang melakukan simulasi. Tetapi juga sekolah-sekolah lainnya, baik tingkat SD, SMP, dan SMA.Â
Simulasi tidak menghadirkan seluruh siswa di sekolah, tetapi hanya kelas tingkat tinggi dan rendah saja.Â
Pada tingkat SD, misalnya, hanya murid kelas 1 dan 6 yang masuk, dan setiap kelas diisi dalam kelompok kecil, yaitu 15 siswa. Anak saya yang bungsu karena kelas 4 SD tidak ada arahan untuk mengikuti simulasi.
Sementara untuk tingkat SMP dan SMA hanya kelas atas, itu pun dibatasi 50 persen dari jumlah siswa dalam kelas.Â
Ternyata, hari ini adalah hari kedua simulasi sebagaimana arahan Dinas Pendidikan Kota Depok.
Berdasarkan pemantauan selama 20 hari belakangan, sekolah-sekolah baik SMP maupun SD diklaim sudah siap melakukan PTM terbatas. Begitu kata Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok Wijayanto sebagaimana dikutip kompas.com, Selasa (28/9/2021).
Ya semoga saja Covid-19 memang benar-benar tengah landai. Meski demikian, semua pihak tetap harus waspada dan tidak lengah.
Selamat belajar. Semoga anak-anak Indonesia dimudahkan dan dilancarkan dalam menggapai cita-citanya, meski cita-cita itu setinggi langit.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI