Oh, begitu. Baiklah. Saya pun mencoba memindai dengan HP saya. Berhubung saya belum unduh aplikasi PeduliLindungi jadi sepertinya tidak bisa terbaca. Katanya, smartphone, telepon pintar, tapi...
Mungkin saja bisa terbaca tanpa harus mengunduh, cuma saya tidak paham? Seperti ketika mendaftar untuk test antigen dan PCR. Saya hanya mengarahkan kamera ke QR, link untuk mengisi formulir pun tersedia. Barangkali itu hal yang berbeda ya?
"Pak, ini bagaimana ya?" tanya saya kepada petugas yang sedang memeriksa sertifikat vaksin calon penumpang.
"Ini bu discan dulu kode QR-nya pakai aplikasi PeduliLindungi," katanya sambil menunjukkan scan QR yang tertempel di meja.
"Oh berarti saya harus download aplikasi PeduliLindungi dulu dong ya?" tanya saya.Â
Saya malas kalau harus unduh dulu. Persoalannya, memori hp saya sudah full. Padahal, sudah dihapus-hapus. Terkadang sering hang. Mau beli, saya tunggu yang gratisan saja hahaha...
"Bentuk sertifikat fisik atau foto boleh Bu," kata petugas.
Wah, syukurlah, saya sudah memotret setifikat vaksinasi saya, sebelum info sertifikat vaksin yang tersimpan di SMS tidak bisa diakses lagi. Sejak beredar bocornya data sertifikat vaksinasi Presiden Joko Widodo, sejak itu data sertifikat vaksin saya yang dikirim ke SMS tidak bisa dibuka.
Setelah ditemukan foto sertifikat yang dimaksud, saya lalu tunjukkan kepada petugas. Ia lantas membaca dan mencocokkan dengan KTP saya. Saya pun dipersilakan untuk melanjutkan perjalanan memasuki peron.