Andai waktu bisa diputar kembali:
Saiful Jamil bebas dari penjara, Jumat (2/9/2021). Disambut biasa-biasa saja. Tidak dijemput mobil mewah. Tidak ada pengalungan bunga. Tidak ada keriuhan. Tidak ada media, tidak ada pemberitaan. Hanya pihak keluarga dan teman dekat yang menjemput.
Diam-diam saja. Tidak ada selebrasi. Tidak ada glorifikasi. Layaknya masyarakat biasa yang bebas dari penjara yang disambut biasa-biasa saja. Selain ucapan syukur dan pelukan kebahagiaan karena bisa berkumpul kembali bersama keluarga.
Tidak ada pernyataan "Saya tidak dendam dengan orang yang memenjarakan saya" yang ke luar dari mulutnya saat bebas dari penjara seperti yang diucapkannya tempo lalu. Tidak banyak kata.
Begitu pula tidak ada undangan dari stasiun televisi. Tidak menjadi bintang tamu untuk acara apapun. Tidak memberinya panggung untuk tampil ke publik. Setidaknya untuk sementara waktu, yang entah untuk berapa lama.
Biarkan Saiful Jamil pulang tanpa terekspos. Dalam keheningan. Lalu bekerja di balik layar. Tanpa sorot kamera seperti di studio televisi.
Ia bisa menghasilkan uang dengan menjual lagu ciptaannya yang namanya tersamarkan. Selama bertahun-tahun di penjara, berapa banyak lagu yang sudah diciptakan? Itu jika memang ia lakukan.
Memberi ruang dan waktu "sejenak" bagi Saiful Jamil untuk hilang dari peredaran. Bekerja dalam diam. Banyak juga kan orang yang bisa berkarya tanpa harus terpublikasi?
Andai Saiful Jamil tidak melakukan kejahatan seksual. Andai Saiful Jamil menolak tawaran tampil di televisi. Andai itu yang dilakukan, mungkin jalan ceritanya jadi lain.Â
Tidak akan memantik cancel culture. Pemberian glorifikasi yang berlebihan inilah yang membuat sang artis kena cekal.