Menjadi konsultan dilakoninya selama 5 tahun dan sempat mendapat award dari perusahaannya karena dedikasi dan keberhasilannya dalam memajukan suatu daerah di bidang pertanian. Entah mengapa ayah saya tidak ingin meneruskannya lagi meski sudah ditawari oleh perusahaan konsultan tersebut.
Setelah tidak memiliki aktifitas di luar lagi, ayah saya lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Sesekali berkunjung ke rumah kawan-kawannya atau pimpinannya saat di Kementerian Pertanian untuk sekedar bernostalgia dan bersilaturahmi. Saya dan ibu saya beberapa kali diajaknya.
Saya tidak melihat ada semacam postpower syndrom setelah pensiun. Dalam penglihatan saya sih baik-baik saja. Tidak ada yang aneh. Membaca buku, menonton televisi, bersosialisasi dengan tetangga, atau mengaji.
Kalau di rumah, aktifitas yang sering dilakukannya ya berkebun dan menanam pohon. Kebetulan di belakang rumah ada lahan yang cukup luas yang bisa ditanami pohon pisang, pohon belimbing waluh, dan pohon mangga. Sebelumnya malah pohon duku dan rambutan. Terkadang buahnya sering diborong pedagang buah untuk dijual.
Sementara itu, di depan rumah ada lahan yang juga cukup luas yang ditanaminya dengan aneka tanaman hias. Ada mawar, kembang sepatu, sedap malam, melati, anggrek, kuping gajah, lidah mertua. Ada juga tanaman merembet seperti daun sirih.
Selepas subuh di sini ayah saya menjadi "tukang kebun" Â merawat tanaman-tanamannya. Memberi pupuk, mencopot daun-daun yang mengering, menyemprot daun-daun agar terlihat mengkilap. Lalu menyapu halaman.
Mungkin karena ayah saya lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan pensiunan Kementerian Pertanian, sehingga kegiatannya selepas pensiun tidak jauh-jauh dengan tanaman. Seingat saya, terakhir itu ayah saya bekerja di unit Ditjen Tanaman Pangan.
Ayah saya juga pernah diminta mengurus lahan eks pimpinannya yang baru dibelinya. Kebetulan jaraknya tidak begitu jauh dari rumah ayah saya. Mungkin sekitar 150 meter. Lahannya cukup luas. Oleh ayah saya ditanami cabai merah, cabai rawit, tomat, kacang panjang.
Beberapa kali panen, tapi hasilnya seingat saya tidak pernah dijual. Dibagikan kepada tetangga, eks pimpinannya selaku pemilik lahan, digunakan untuk keperluan sehari-hari, dan terkadang saya bagikan ke kawan saya.
Tidak hanya urusan tanaman yang menjadi aktifitas hariannya. Abah saya juga sering juga menjadi "tukang" yang lain. Merenovasi rumah, membenarkan mesin cuci yang ngadat, memperbaiki genteng yang bocor.