Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Selepas Pensiun, Ayah Saya Tetap Produktif, Ini yang Dilakukannya

16 Agustus 2021   17:47 Diperbarui: 16 Agustus 2021   17:49 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi konsultan dilakoninya selama 5 tahun dan sempat mendapat award dari perusahaannya karena dedikasi dan keberhasilannya dalam memajukan suatu daerah di bidang pertanian. Entah mengapa ayah saya tidak ingin meneruskannya lagi meski sudah ditawari oleh perusahaan konsultan tersebut.

Setelah tidak memiliki aktifitas di luar lagi, ayah saya lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Sesekali berkunjung ke rumah kawan-kawannya atau pimpinannya saat di Kementerian Pertanian untuk sekedar bernostalgia dan bersilaturahmi. Saya dan ibu saya beberapa kali diajaknya.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Saya tidak melihat ada semacam postpower syndrom setelah pensiun. Dalam penglihatan saya sih baik-baik saja. Tidak ada yang aneh. Membaca buku, menonton televisi, bersosialisasi dengan tetangga, atau mengaji.

Kalau di rumah, aktifitas yang sering dilakukannya ya berkebun dan menanam pohon. Kebetulan di belakang rumah ada lahan yang cukup luas yang bisa ditanami pohon pisang, pohon belimbing waluh, dan pohon mangga. Sebelumnya malah pohon duku dan rambutan. Terkadang buahnya sering diborong pedagang buah untuk dijual.

Sementara itu, di depan rumah ada lahan yang juga cukup luas yang ditanaminya dengan aneka tanaman hias. Ada mawar, kembang sepatu, sedap malam, melati, anggrek, kuping gajah, lidah mertua. Ada juga tanaman merembet seperti daun sirih.

Selepas subuh di sini ayah saya menjadi "tukang kebun"  merawat tanaman-tanamannya. Memberi pupuk, mencopot daun-daun yang mengering, menyemprot daun-daun agar terlihat mengkilap. Lalu menyapu halaman.

Mungkin karena ayah saya lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan pensiunan Kementerian Pertanian, sehingga kegiatannya selepas pensiun tidak jauh-jauh dengan tanaman. Seingat saya, terakhir itu ayah saya bekerja di unit Ditjen Tanaman Pangan.

Ayah saya juga pernah diminta mengurus lahan eks pimpinannya yang baru dibelinya. Kebetulan jaraknya tidak begitu jauh dari rumah ayah saya. Mungkin sekitar 150 meter. Lahannya cukup luas. Oleh ayah saya ditanami cabai merah, cabai rawit, tomat, kacang panjang.

Beberapa kali panen, tapi hasilnya seingat saya tidak pernah dijual. Dibagikan kepada tetangga, eks pimpinannya selaku pemilik lahan, digunakan untuk keperluan sehari-hari, dan terkadang saya bagikan ke kawan saya.

Tidak hanya urusan tanaman yang menjadi aktifitas hariannya. Abah saya juga sering juga menjadi "tukang" yang lain. Merenovasi rumah, membenarkan mesin cuci yang ngadat, memperbaiki genteng yang bocor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun