Baca juga:
Sepenggal Kisah Akhir Perjuangan Ibu Saya Melawan Covid-19
Fix, insyaallah sebagai jenazah, ibu saya mendapatkan haknya untuk dimandikan. Sepertinya tidak perlu lagi dipertanyakan.
Usai kami menuntaskan doa-doa, petugas kembali merapikan jenazah ibu saya. Mengembalikan ke posisi semula, lalu menarik resleting kantong jenazah.Â
Saya melihat kantong jenazah ibu saya disemprot cairan disinfektan. Kemudian peti mayat ditutup dan dipaku. Setelah itu, dilapisi dengan plastik wrapping. Tujuannya, agar tidak ada cairan yang keluar dari jenazah.Â
Tidak lupa, oleh petugas peti mati diberi identitas jenazah agar tidak tertukar. Peti mati juga kembali disemprot dengan cairan disinfektan.
Peti jenazah lantas dihadapkan ke arah kiblat. Setelah berwudhu, kami pun shalat jenazah dengan imam abang saya yang kedua.
Usai shalat jenazah, kami pun berkoordinasi dengan pihak keluarga ibu saya di Cigereji, Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat. Pihak keluarga menyampaikan penggalian makam kemungkinan selesai pukul 8 pagi.
Pihak RS juga sudah berkoodinasi dengan Satgas Covid-19 wilayah Cibadak. Jadi, ketika ambulans tiba di sana, jenazah akan diambil alih oleh pihak Satgas Covid-19.Â
Kami pun istirahat sejenak di RS DR. Suyoto. Agak ngeri-ngeri sedap juga mengingat ini adalah RS Rujukan Covid-19. Saya merasa tengah berada di medan perang tapi musuhnya tidak tampak oleh mata. Terlebih ada ayah saya yang lansia.Â
Menjelang subuh, kami jalan duluan, sementara ambulans menyusul belakangan. Pukul 8 lewat ambulans yang membawa jenazah ibu saya tiba. Jenazah kemudian diserahterimakan ke pihak Satgas Covid-19 yang berpakaian lengkap APD. Â