"Tetapi OTG ini merupakan sumber penularan yang berpotensi dan tidak diketahui dan ini justru menimbulkan masalah," ungkap Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Jakarta, saat saya berbincang dengannya dalam suatu kesempatan di kantor PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Biasanya, kata dr. Erlina yang juga Tim Kelompok Kerja (Pokja) Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, pasien Covid-19 tanpa gejala memiliki daya tahan tubuh kuat sehingga tidak menimbulkan gejala saat terinfeksi Covid-19.
SARS-CoV-2, penyebab Covid-19 ini bisa mempengaruhi sel tertentu di dalam tubuh, sehingga menghilangkan rasa sakit dan membuat pasien tidak bergejala.
"Jika tidak ada gejala, maka pasien bisa melakukan isolasi mandiri di rumah dengan pemantauan dari petugas puskesmas setempat. Karena kalau tidak, ini akan menjadi sumber penularan yang ada di tengah masyarakat," katanya.
Satgas Covid-19 Kelurahan Pondok Jaya, wilayah tempat saya tinggal, dr. Salma, menjelaskan, OTG diartikan sebagai orang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 tapi memiliki kontak erat.
Kontak erat yang dimaksud adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam ruangan/berkunjung, dalam radius 1 meter dengan PDP (pasien dalam pengawasan) atau kasus konfirmasi Covid-19.
Bertatapan muka dengan orang yang positif Covid-19 selama lebih kurang 15 menit sudah termasuk dalam kontak erat.
"Ya baiknya memang dipastikan dengan PCR. Karena kalau PCR itu langsung deteksi ada virusnya atau tidak," terangnya menjawab pertanyaan saya.Â
"Curigai" Diri Sendiri
Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) periode 2012-2015 Dr. Zaenal Abidin, SH, MH, menyampaikan, OTG memainkan peran penting dalam penyebaran awal virus corona SARS-CoV-2 yang bertanggung jawab atas penyakit Covid-19.