Syukurlah, ibu saya tidak harus menunggu lama. Tidak sampai 1 jam. Ibu saya pun dipanggil. Kemudian merebah di bed. Petugas pun mulai memeriksa kondisi ibu saya dan ditanya-tanya perihal riwayat penyakitnya.
Karena di ruang IGD, hanya satu orang saja yang diperkenankan untuk mendampingi. Tapi suami meminta saya untuk menunggu di luar saja. Suami khawatir jika saya tertular penyakit di ruangan ini. Terlebih di bed sebelah, terdengar suara batuk yang tidak berhenti-henti dan keras.
Ya sudah, saya dan suami menunggu di luar. Beberapa lama kemudian saya pun diminta menemui dokter jaga yang memeriksa ibu saya.
Dokter menjelaskan secara keseluruhan berdasarkan hasil pemeriksaan lab, kondisi ibu saya baik-baik saja. Ukurannya masih dalam batas toleransi. Kecuali untuk "segmen" yang kelebihan 5 yang seharusnya batas normal 75.
Kata dokter, itu karena ada infeksi bakteri. Bukan karena infeksi virus. Syukurlah saya lega mendengar penjelasan ini. Alhamdulillah.
Sepertinya ibu saya terlalu memikirkan kondisi abang dan adik saya. Jadi, daya imunnya drop deh. Padahal anak-anaknya itu sudah besar. Mungkin saya juga akan begitu barangkali ya saat lansia?
Dokter pun memberikan resep obat yang harus dikonsumsi ibu saya. Saya diminta ke loket kasir dan farmasi di lantai 2. Ternyata, biaya layanan pengobatan dicover BPJS. Sementara beberapa obat yang diresepkan ada satu yang tidak dicover.
"Harganya Rp106.000. Apakah ibu mau tebus?" tanya petugas farmasi yang saya jawab "iya".
Kemudian petugas meminta saya untuk menandatangani surat persetujuan bahwa memang saya bersedia membayar obat itu. Ya tidak masalah. Untuk kesembuhan ibu saya, tidak apalah. Masih terjangkau ini kok.
Alhamdulillah...ibu saya tidak perlu dirawat. Ibu saya juga tidak ditolak tapi hanya diminta menunggu karena bed penuh. Dan, itu pun tidak harus menunggu lama.Â
Pelayanannya juga memuaskan. Dokter, perawat, dan petugas ramah melayani kami. Akhirnya kami pun pulang. Terima kasih BPJS Kesehatan.