Katanya sih pakai benang layangan. Ujung benang dipegang di tangan kiri dan tangan kanan. Rentangkan. Letakkan di dasar meja, lalu gerak-gerakan hingga ke benang muncul. Angkat deh gerabahnya.
Langkah selanjutnya ya dijemur. Kalau hujan, gerabah dikeringnya dengan menggunakan oven. Setelah dijemur 1 hari lalu dibakar selama lebih kurang 12 jam jika menggunakan jerami atau kayu, sedangkan jika menggunakan gas atau oven sekitar 5 jam.
Karena kami akan melanjutkan ke trip berikutnya, hasil gerabah kami akan dikirimkan besoknya ke tempat kami menginap.
Ia berharap adanya edukasi gerabah ini masyarakat masih mengenal kerajinan gerabah yang diturunkan oleh nenek moyang.
Gerabah Arum Art sendiri, sebagaimana dikatakan Dwi Arum, mendapat support dan pembinaan dari Unesco. Baik berupa ilmu maupun pengembangan alat. Kerajian gerabah mempunyai nilai sejarah yang erat bahkan lebih tua dari Candi Borobudur.Â
"Pihak Unesco mengimbau agar warisan ini dijaga kelestariannya. Terlebih selain mempunyai nilai jejak sejarah, kerajinan gerabah juga mempunyai nilai edukasi," katanya saat ditemui di standnya dalam kegiatan Konferensi International Sound of Borobudur, Kamis (24/6/2021), di Balkondes Karangrejo.
Selain membuat gerabah, dusun ini juga membuat kerajinan keramik. Namun proporsinya masih lebih kecil dibanding dengan pembuatan gerabah.
Saya senang diajak ke sini. Wisata edukasi plus wisata sejarah. Jadi, menambah wawasan saya.Â
Yuk, kita lestarikan kerajinan gerabah ini sebagai budaya bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H