Menyusul peraturan ini, semalam, wali kelas anak bungsu saya (kelas 3 SD), menyampaikan penundaan penyerahan surat kesediaan orangtua kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) Juli mendatang.
"Assalamualaikum bunda, selamat malam maaf mengangu waktunya. Untuk buku pinjaman dikembalikan pada saat pengambilan raport ya Bun. Untuk surat pernyataan orngtua pengumpulanya ditangguhkan sampai ada pemberitahuan kembali ya Bun. Wassalamualaikum"Â
"Assalamualaikum wr.wb. Bapak/Ibu wali Murid 8A, sehubungan dengan kasus Covid-19 yang semakin meningkat, maka untuk acara pengembalian buku paket serta konsultasi dengan walas secara resmi ditunda. Untuk jadwal selanjutnya menunggu instruksi Pak Kadis dan Tim Satgas Covid kota Depok. Jadi pembagian raport sementara ditunda dulu. Atas perhatian bapak ibu kami ucapkan terimakasih. Wassalamualaikum wr.wb."
Begitu pesannya yang disampaikan wali kelas anak kedua dan anak ketiga saya di group orangtua. Membaca pesan ini, saya sudah menduga kegiatan PTM dibatalkan menyusul tren kasus Covid-19 di Kota Depok yang kian melonjak.
Ah, nasib PTM untuk semester depan semakin tidak jelas. Padahal rencana PTM terbatas pada tahun ajaran baru mendatang disambut hangat oleh para orangtua. Termasuk saya. Bahkan sudah menandatangani kesediaan kegiatan PTM.
Dengan belajar secara daring kembali, menurut saya, berdampak pada kesehatan jiwa anak-anak. Intelektual dan emosional anak akan mengalami gangguan.
Anak juga akan mengalami tekanan psikososial, meningkatnya tingkat stres pada anak-anak, dan siswa yang ketinggalan pelajaran.
Setidaknya berkaca pada apa yang dialami anak pertama saya pada semester kemarin. Bagaimana anak saya selama dua minggu tidak masuk kelas online, dan selama PJJ banyak tidak mengerjakan tugas.
Syukurnya komunikasi orangtua dan guru cukup komunikatif sehingga saya bisa mengetahuinya. Karena setiap saya menanyakan anak saya jawabnya selalu "masuk" dan "sudah". Tapi nyatanya?
Hal yang sama juga dialami beberapa anak kawan saya, dan anak-anak wali murid kelas 9. Berbagai keluhan tidak pernah sepi di group orangtua, yang untungnya ditanggapi bijak oleh wali kelas.
Bagaimanapun, teknologi tetap tidak dapat menggantikan peran guru dan interaksi antara pelajar dan pengajar karena edukasi bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan tetapi juga tentang nilai, kerja sama, serta kompetensi.