Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Setelah "Diteror" Covid-19, Kini Demam Berdarah

11 Juni 2021   12:18 Diperbarui: 11 Juni 2021   13:14 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabtu (5/6/2021) kemarin, area sektor tempat tinggal saya dilakukan fogging. Alasan dilakukan pengasapan karena dilaporkan beberapa warga sudah ada yang terkena demam berdarah. 

Adanya pandemi Covid-19, bukan berarti penyakit DBD yang identik dengan musim penghujan dan pancaroba, ini menurun atau bahkan tidak ada.

Saya tidak tahu persis ada berapa warga di sektor tempat tinggal terkena DBD. Saya tidak menghitungnya. Dan kebetulan percakapan di group sudah saya hapus. 

Seingat saya, ibu RT terakhir menginformasikan temuan DBD beberapa hari sebelum fogging. Entah, di sektor lain, apakah ditemukan juga kasus yang sama?

Terkait kasus DBD di Kota Depok berdasarkan berita yang saya baca sih sudah memakan korban yaitu seorang pelajar SMP meningal akibat DBD. Tapi ini kasus yang terjadi pada Januari lalu.

Entah mengapa di sektor ini ditemukan kasus DBD. Padahal tim jumantik atau juru pemantau jentik nyamuk Aedes aegypti setiap Jumat rutin melakukan pemantauan. Tujuannya menjalankan progran pememberantasan sarang nyamuk (PSN).

Yaitu dengan menerapkan 3M Plus -- menguras bak kamar mandi atau tempat penampungan air; menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya; mengubur atau mendaur ulang dengan memanfaatkan kembali barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk yang menularkan demam berdarah.

Plus-nya yaitu kegiatan pencegahan DBD lainnya, seperti menaburkan bubuk larvasida (bubuk abate) pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, menaruh ikan di penampungan air, menanam tanaman pengusir nyamuk.

Suasana setelah fogging (dokumen pribadi)
Suasana setelah fogging (dokumen pribadi)

Jika sebelum pandemi sering menyambangi rumah-rumah warga, lalu ditengok bak kamar mandi, dispenser, pot-pot bunga, kandang burung, dan lokasi-lokasi yang berpotensi memunculkan sarang nyamuk.

Apabila masih ditemukan jentik, rumah warga akan ditandai dan diberi catatan dalam lembaran laporan seraya diedukasi untuk segera memberantas sarang nyamuk. Soalnya, pernah ditemukan sarang jentik di rumah saya dan petugas melakukan seperti itu.

Nah, selama pandemi pemantauan jumantik dilakukan secara online melalui whatsapp group. Warga diingatkan untuk memantau kemungkinan munculnya sarang-sarang nyamuk, mendokumentasikan, lalu foto dikirim. 

Meski, mungkin juga pemantauan ini tidak mendapat respon dari warga karena terkendala kesibukannya atau lupa. Saya pun terkadang begitu. Lupa karena tengah disibukkan oleh agenda pekerjaan.

Dinkes Kota Depok juga terus melakukan antisipasi dengan meningkatkan monitoring kasus serta melakukan sinergi dengan puskesmas dan rumah sakit di Kota Depok. 

Kebetulan juga ada warga di sektor rumah saya yang berprofesi dokter dan memiliki klinik, yang lokasinya persis di belakang rumah saya. Dokter inilah yang kerap melakukan sosialisasi dan edukasi.

Tapi, dugaan saya dan suami sih, karena ada beberapa rumah yang dibiarkan kosong oleh penghuninya. Alias rumah kosong. Jadi, rumah tidak terurus sehingga ketika terjadi hujan memunculkan genangan yang menjadi sarang nyamuk. 

Atau bisa jadi warga tertular di tempat lain yang kemudian terbawa ke area perumahan.

Terkait fogging, dilakukan jika ditemukan kasus DBD lebih dari dua. Adanya temuan kasus bisa jadi karena menahan diri untuk datang ke rumah sakit atau puskesmas karena khawatir tertular Covid-19. 

Sebagaimana yang diinformasikan kepada warga, pengasapan ini adalah untuk membunuh sebagian besar nyamuk dengan cepat. Di samping memutus rantai penularan, fogging juga bisa juga menekan jumlah nyamuk agar risiko penyakit DBD menurun.

beritagar.id
beritagar.id
Menurut saya pribadi ya, fogging tidak cukup efektif memberantas nyamuk penyebab demam berdarah. Fogging untuk menurunkan populasi nyamuk, tapi nyatanya nyamuk bisa bertelur sampai 2000-20 ribu. Fogging hanya membasmi nyamuk dewasa, sedangkan jentik nyamuk akan jadi nyamuk dewasa lagi. So?

Kalau hemat saya sih lebih efektif jika setiap warga lebih peduli dengan lingkungan di rumah dan sekitarnya. Kalau perlu setiap rumah menetapkan satu anggota keluarganya sebagai jumantik atau bergiliran. 

Minggu ini ayah, minggu besok ibu, minggu besoknya lagi anak pertama, dan seterusnya, sehingga semua anggota keluarga ikut terlibat dalam pemberantasan sarang nyamuk dan menjadi agen perubahan dengan mengubah perilaku penghuni rumah ke arah yang lebih sehat dan bersih.

Meski angka DBD rendah, bukan berarti kita tidak waspada. Jangan sampai ketika terjadi out break, kita baru gelagapan. Karena itu, kita masyarakat harus terus menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Jangan sampai ada air tergenang dan jentik nyamuk.

Kebersihan lingkungan paling utama. Kemudian cuci tangan, tak lupa perhatikan pengolahan makanan agar bersih.

Penyakit demam berdarah sendiri disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua nyamuk ini dapat menggigit di pagi hari sampai sore menjelang petang. 

Penularan terjadi saat nyamuk menggigit dan menghisap darah seseorang yang sudah terinfeksi virus dengue. Ketika nyamuk tersebut mengigit orang lain, maka virus akan tersebar. 

Perlu diketahui, berdasarkan data dari RSUD Kota Depok, pasien DBD rawat inap sepanjang tahun 2020 mencapai 426 pasien. Dengan rincian lima bulan terakhir sejak Agustus hingga Desember mengalami penurunan kasus. Di antaranya Agustus 3 pasien, September 0 pasien, Oktober 1 pasien, November 2 pasien, dan Desember 0 pasien. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun