Nah, selama pandemi pemantauan jumantik dilakukan secara online melalui whatsapp group. Warga diingatkan untuk memantau kemungkinan munculnya sarang-sarang nyamuk, mendokumentasikan, lalu foto dikirim.Â
Meski, mungkin juga pemantauan ini tidak mendapat respon dari warga karena terkendala kesibukannya atau lupa. Saya pun terkadang begitu. Lupa karena tengah disibukkan oleh agenda pekerjaan.
Dinkes Kota Depok juga terus melakukan antisipasi dengan meningkatkan monitoring kasus serta melakukan sinergi dengan puskesmas dan rumah sakit di Kota Depok.Â
Kebetulan juga ada warga di sektor rumah saya yang berprofesi dokter dan memiliki klinik, yang lokasinya persis di belakang rumah saya. Dokter inilah yang kerap melakukan sosialisasi dan edukasi.
Tapi, dugaan saya dan suami sih, karena ada beberapa rumah yang dibiarkan kosong oleh penghuninya. Alias rumah kosong. Jadi, rumah tidak terurus sehingga ketika terjadi hujan memunculkan genangan yang menjadi sarang nyamuk.Â
Atau bisa jadi warga tertular di tempat lain yang kemudian terbawa ke area perumahan.
Terkait fogging, dilakukan jika ditemukan kasus DBD lebih dari dua. Adanya temuan kasus bisa jadi karena menahan diri untuk datang ke rumah sakit atau puskesmas karena khawatir tertular Covid-19.Â
Sebagaimana yang diinformasikan kepada warga, pengasapan ini adalah untuk membunuh sebagian besar nyamuk dengan cepat. Di samping memutus rantai penularan, fogging juga bisa juga menekan jumlah nyamuk agar risiko penyakit DBD menurun.
Menurut saya pribadi ya, fogging tidak cukup efektif memberantas nyamuk penyebab demam berdarah. Fogging untuk menurunkan populasi nyamuk, tapi nyatanya nyamuk bisa bertelur sampai 2000-20 ribu. Fogging hanya membasmi nyamuk dewasa, sedangkan jentik nyamuk akan jadi nyamuk dewasa lagi. So?
Kalau hemat saya sih lebih efektif jika setiap warga lebih peduli dengan lingkungan di rumah dan sekitarnya. Kalau perlu setiap rumah menetapkan satu anggota keluarganya sebagai jumantik atau bergiliran.Â
Minggu ini ayah, minggu besok ibu, minggu besoknya lagi anak pertama, dan seterusnya, sehingga semua anggota keluarga ikut terlibat dalam pemberantasan sarang nyamuk dan menjadi agen perubahan dengan mengubah perilaku penghuni rumah ke arah yang lebih sehat dan bersih.