Saya berada di jembatan penyeberangan orang (JPO) Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Jembatan yang menghubungkan Stasiun Pasar Minggu dengan pasar tradisional Pasar Minggu.Â
Ini pertama kalinya saya menjejakkan kaki di jembatan yang diresmikan pada 31 Desember 2019. Berarti, sudah satu tahun lebih jembatan ini sudah beroperasi yang bertujuan memudahkan masyarakat menyeberang.
Saya sih sebenarnya tidak sekali dua kali melintasinya tapi ya itu belum sempat memanfaatkannya. Saya lebih memilih menyeberang lewat belokan atau persimpangan yang tidak begitu jauh dari JPO.
Kebetulan saja angkot yang saya tumpangi berhenti di situ. Jadi, tinggal menyeberang beberapa langkah saja. Lagi pula sepenglihatan saya tidak ada larangan menyeberang di sekitaran sini deh. Setidaknya ditandai dengan adanya zebra cross.
Nah, usai kawan saya mengajak ke pasar tradisional Pasar Minggu untuk membeli cabai hijau, Sabtu (10/4/2021) sepulangnya kami dari vaksinasi Covid-19 dosis kedua di Kementerian Pertanian, baru deh saya menggunakan JPO ini karena persis dekat pintu masuk/ke luar area pasar.
Sebenarnya, JPO ini sudah berdiri lama. Saya sering melewatinya. Terlebih karena saya sering menggunakan kereta sebagai alat transportasi saya. Jadi, sejatinya bukan sesuatu yang benar-benar baru.
Ambruknya JPO selain karena tidak kuat menahan beban saat terjadi angin kencang, juga karena memang dalam kondisi tidak layak. Kebetulan, saat peristiwa tragis yang merenggut tiga nyawa itu terjadi, saya menyaksikan dengan kepala mata saya sendiri dari Stasiun Pasar Minggu.
Tiga tahun berlalu, JPO Pasar Minggu dibangun kembali dari April 2019 dengan menelan biaya 7 Miliar. Setelah 8 bulan masa pengerjaan oleh pihak Dinas Bina Marga DKI Jakarta, akhirnya JPO ini pun berwajah baru.
Ketika saya menjejakkan kaki di JPO ini, saya melihat JPO ini keren banget, modern, dan futuristik. Ditambah dengan sentuhan ornamen khas Betawi dengan warna dominan kuning dan hijau. Pokoknya, instagramable banget deh.
Tangga dan pijakan JPO terbuat dari kayu. Dilengkapi pula fasilitas penutup JPO, penerangan, rambu-rambu, tong sampah, lift, cctv dan lampu warna-warni. Keindahan JPO ini menjadi daya tarik tersendiri.
Saya sampai serius memperhatikan setiap detil yang ada di JPO ini karena terlihat lebih artistik. Ada rambu yang melarang berjualan di sepanjang JPO ini, termasuk larangan sepeda motor melintasi JPO.
Ketika berada di JPO ini saya perhatikan ada yang duduk-duduk di pojokan jembatan atau berdiri berlama-lama di jembatan sambil mengamati sekitar, mengobrol, dan mengambil dokumentasi dari atas jembatan.
Saya dan kawan saya dibuat terkagum. JPO ini juga tampak cantik jika dilihat dari jarak jauh. Katanya, kalau malam hari JPO semakin terlihat cantik karena cahaya lampu berbagai warna. Ya tidak kalah kerenlah dengan JPO yang sering saya lintasi di sekitar Sudirman.
"Dari modelnya, desainnya, lampunya bagus, dan dari jauh keren banget dilihatnya," kata Dewi Syafrianis, kawan yang juga tetangga jauh saya, yang kebetulan tinggal di kompleks yang sama.
Menurut saya dan kawan saya, JPO yang humanis seperti ini yang dibutuhkan para pejalan kaki. Jadi, masyarakat yang menggunakan JPO ini tidak takut lagi untuk menggunakan JPO terlebih di malam hari.Â
Tidak seperti dulu yang rawan dengan aksi kejahatan seperti penodongan. Dulu, saya lebih memilih mengambil jalan memutar daripada harus melewati di JPO yang menyeramkan.Â
Sekarang, (sepertinya) wajah JPO kian ramah. Semoga JPO Pasar Minggu tetap terjaga dan terhindar dari tangan-tangan usil yang tidak bertanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H