Ini mbak Iyah. Mbak yang sudah 10 tahun ini membantu saya. Kalau menyeterika selalu di depan televisi sambil menonton cerita yang ada di Indosiar. Tidak ada channel lain yang dia sukai selain Indosiar.
Karena sambil menonton, jadi pekerjaan menyeterikanya agak lama tertuntaskan. Saya sih tidak melarang. Saya biarkan saja sambil memperhatikan reaksinya.
Sepertinya, si mbak nonton serius juga. Â Si mbak sampai ngoceh-ngoceh sendiri lihat karakter si perempuan jahat. Ngedumel-ngedumel juga.
"Ya ampun, kasihan banget, kurang ajar banget. Jahat," cerocosnya sambil menyeterika dan sesekali kepalanya menatap layar televisi.
Sepertinya, cerita yang ditontonnya menarik. Mau saya ganti dengan channel Fox Crime tidak enak juga dengan si mbak. Nanti dia penasaran lagi dengan jalan ceritanya.
Mau nonton di kamar, ah buang-buang energi saja. Kan kata pemerintah harus hemat listrik. Ya sudah, saya jadi ikutan nonton sambil mengetik.Â
"Ku menangisss..." begitu lagu latar dari cerita yang ditontonnya itu.
Sebenarnya, saya sudah menyediakan papan setrikaan, tapi si mbak enggan memakainya. Alasannya karena si mbak tidak terbiasa saja sehingga menjadi tidak nyaman saat menyetrika.Â
Ya sudah, saya biarkan bagaimana enaknya si mbak melakukan pekerjaannya. Sambil menonton televisi, silakan. Sambil lesehan, silakan. Tidak ada paksaan.
Bagi saya, dengan cara seperti ini akan membuat si mbak nyaman bekerja. Kebutuhan akan hiburan terfasilitasi meski dengan sekedar menonton di televisi.Â
Ada beberapa hal lain yang saya lakukan agar si mbak bekerja di rumah saya. Di antaranya: