Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Memaknai Hidup dalam Sepiring Rujak

12 Maret 2021   21:29 Diperbarui: 12 Maret 2021   22:10 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini, Jumat (12/3/2021), saya menghadiri agenda pertemuan yang diadakan Kementerian Koperasi dan UKM di Ole Suites Hotel & Cottage, Darmawan Park, Sentul, Bogor, Jawa Barat. Saya tiba di saat jadwal makan siang. 

Jadi, sesampainya di sini saya pun diarahkan ke ruang makan. Di sini, tersaji aneka makanan. Saya perhatikan ada tumis kangkung, mujaer sambal ijo, telur rebus, ayam goreng, soto, dan sambal goreng.

Di bagian kanan tersedia aneka dessert, salah satunya rujak buah. Wow rujak? Rasanya saya sudah lama tidak makan rujak. Kasihan banget yak saya. Jadi, selera saya pun langsung tergugah.

Tanpa aba-aba rujak berisi potongan jambu air, nanas, kedongdong, bengkuang, mangga, mentimun  terhidang di piring. Tak lupa dilumuri bumbu rujak.

Saya pastikan rujak adalah makanan favorit hampir semua orang. Makanan yang ada di tiap daerah di nusantara, dengan resep beraneka ragam. Jenis makanan tradisional yang tidak lekang oleh waktu. Makanan yang sering dihadirkan dalam tradisi-tradisi masyarakat.

Rujak juga kerap diidentikkan dengan perempuan yang tengah hamil muda. Biasanya rujak menjadi menu wajib yang harus ada. Setidaknya berkaca pada masa-masa saya hamil tiga bulan pertama.

Buah-buahan ini disajikan bersama dengan bumbu berupa sambal yang terbuat dari kacang, cabai rawit, gula, asam, dan bahan-bahan pelengkap lainnya.

Perpaduan rasa segar dan asam dari buah-buahan serta rasa pedas dari sambal membuat rujak begitu menggiurkan dan banyak yang menyukainya.

Hmmm...rujak yang menggugah selera. Saya pun mencobanya. Mangga dan kedongdong agak asem, ah biasa ini mah. Saya coba nanas yang tidak terlalu manis, tapi setelah dicocol bumbu rujak, rasa manis tersamarkan, tapi tetap enak.  

Lalu melahap mentimun, jambu air dan bengkuang yang rasanya sedikit tawar karena dikenal dengan buah yang lebih banyak mengandung air. Meski tawar, tidak perlu ditawar-tawar tetap nikmat.

Enakkk...! Membuat mata saya jadi melek. Bumbu sambal kacangnya juga enak. Tidak terlalu pedas. Paslah di lidah saya. Sepiring rujak habis saya makan menyisakan bumbu kacang yang mencair, yang juga saya habiskan hahaha...

Sejatinya rujak enaknya kalau dimakan ramai-ramai sambil berbagi cerita dan gelak tawa. Tangan-tangan ramai menyerbu rujak. Dalam waktu sekejab, rujak tuntas tidak bersisa. Namun berhubung masih Covid-19, maka saya makannya sendirian saja.

Rujak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah makanan yang dibuat dari buah-buahan kadang-kadang disertai sayuran yang diiris (ditumbuk dan sebagainya ), kemudian diberi bumbu yang terdiri atas asam, gula, cabai, dan sebagainya.

Pernahkah terpikirkan bahwa rujak bukan sekedar kuliner? Bagi saya sendiri sepiring rujak ini bukan sekedar sekumpulan buah-buahan yang mengandung berbagai vitamin, mineral, serat pangan, dan komponen antioksidan.

Bukan hanya menjadi santapan yang dianjurkan karena mengandung berbagai zat gizi yang baik bagi manusia, yang berperan penting dalam menunjang kesehatan dan kebugaran tubuh.

Dalam sepiring rujak ini, menurut saya, ada pelajaran hidup di dalamnya. Ada nasihat hidup yang bisa diresapi. Bahwa kehidupan yang kita jalani itu tidak selalu manis. Terkadang juga harus dilalui dengan berliku. Ada rasa kecut, hambar, pedas, pahit. Ada kebahagiaan, ada kesedihan. Segala rasa kehidupan itulah yang membuat hidup menjadi lebih indah.

Bagaimana pun untuk menjadi dewasa dalam memaknai arti kehidupan, tak hanya manis saja yang ingin kita rasa. Terkadang pula dibutuhkan kepahitan, kegetiran, kesakitan, kesedihan, kegagalan. Dari berbagai kegetiran itu justeru membuat kita kuat dan lebih dewasa.

Seperti halnya rujak, meski beragam rasa, tetap saja bisa kita nikmati, bahkan hingga tetesan terakhir. Begitulah dengan kehidupan yang kita lakoni, tetap harus dijalani apapun itu rasanya. Sekalipun kecut dan pedas, rujak tetap terasa enak dan menyegarkan.

Untuk menuju kebahagiaan atau kesuksesan tidak bisa didapatkan secara instan. Perlu perjuangan untuk bisa sampai ke gerbang kebahagiaan. Yang jika kita sikapi dengan bijaksana pada akhirnya yang kita temukan adalah indah pada waktunya.

Begitulah...  

Bagaimana menggugah selera bukan? Selamat menikmati sepiring rujak...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun