Proses pengolahan air minum dengan teknologi micro hydraulic ini, mulai dari sungai hingga menjadi air bersih atau air minum di rumah tangga, melalui beberapa tahap.
Tahap pertama, bagaimana menghilangkan patogen atau zat-zat lainnya yang menjadikan air baku tersebut keruh atau berwarna.Â
Tahap kedua, pengendapan lumpur lebih sempurna dan cepat, air yang bening di bagian atas bak pengendap mengalir secara gravitasi melalui saringan pasir.Â
Tahap ketiga, penyerapan melalui media penyerap polutan yang terlarut yang berbahaya untuk kesehatan. Pada sistem penyerapan ini, masih ada sisa sumber penyakit yang masih larut di dalam air.
Tahap keempat, air yang jernih ini masih diberi disinfektan untuk membunuh bibit penyakit, dengan menggunakan kaporit atau penyinaran ultra violet atau ozone, sehingga air yang dihasilkan benar-benar layak diminum.Â
"Seluruh prosesnya tidak menggunakan listrik. Dari hitungan ekonomi, sistem pengolahan air minum ini untuk satu pengolahan air minum mobile, bisa memproduksi 500.000 liter per hari, dengan energi listrik 1000 watt," tuturnya.
Dalam keynote speechnya, Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Daeng M Faqih, S.H., M.H. menekankan, untuk mewujudkan manusia Indonesia yang sehat maka ketersediaan air bersih sangat urgen.Â
Karena itu, sangat wajar bila konstitusi negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif.Â
Water, sanitation and hygiene (WASH) terdiri dari sumber air minum, kualitas fisik air minum, kepemilikan jamban dan hygiene yaitu kebiasaan cuci tangan. WASH ini mempengaruhi status gizi stunting pada balita yaitu melalui penyakit infeksi yang dialami. Dalam hal ini, WASH berarti ketersediaan air bersih.
"Semua orang tahu bahwa air bersih sangat penting untuk kesehatan masyarakat. Terlebih pada masa pandemi Covid 19 saat ini, yang terkenal dengan program 3M, salah satunya adalah mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir. Semakin teranglah bagaimana ungennya ketersediaan air bersih ini," tuturnya.
IDI sendiri pernah menerapkan teknologi ini dalam berbagai kesempatan bakti sosial dalam kegiatan penanganan bencana.