Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ada Apa dengan Polisi Kita?

26 Februari 2021   19:32 Diperbarui: 26 Februari 2021   19:38 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika lolos melalui rangkaian pemeriksaan itu, berarti peluang untuk menjadi seorang polisi tinggal di depan mata. Sudah bisa dipastikan, mereka yang lolos menjadi polisi adalah mereka yang sudah dinyatakan sehat jasmani dan rohani. Begitu, bukan?

Bukankah para polisi itu orang-orang pilihan? Tidak semua orang bisa menjadi polisi. Orang-orang yang memiliki nilai karakter positif, juga kekuatan keimanan dan ketakwaan sesuai agama yang dianutnya.

Jadi, mengapa bisa tergelincir? Sementara banyak juga polisi yang jalan hidupnya lurus-lurus saja. Apa yang salah? Apakah karena kurang pengawasan atau kurang mendapat apresiasi? Apakah karena kendornya keimanan dan ketakwaan yang seharusnya menjadi benteng yang paling kuat?

Mengapa kasus seperti ini kembali berulang? Apakah pengawasan berjenjang dari pimpinan hingga tingkat bawah tidak berjalan dengan baik? Tidak berjalan maksimal? Apakah tidak ada pemeriksaan secara berkala, terutama menyangkut kondisi kejiwaan mereka?

Melihat begitu banyak kasus yang melibatkan para oknum, sepertinya wajah lembaga peradilan kita -- kepolisian, pengadilan, penjara, masih rapuh dan memerlukan pembenahan dengan lebih serius.

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta Pane, menyampaikan pandangannya. Kata Neta, yang pernah menjadi atasan saya, akibat tidak maksimalnya pengawasan dari para pimpinan, anak buah tak jarang terkesan bertindak seakan tanpa kontrol.

"Saya kira masalahnya pengawasan, karena tidak maksimal maka anak buah di bawah pun seakan bersikap semau gue," ucapnya dalam percakapan group WhatsApp.

Ia pun menyarankan adanya penataan terkait pengawasan, sehingga kasus-kasus yang melibatkan oknum polisi seperti Bripka CS dan Kompol Yuni tidak kembali berulang.

Sebagai masyarakat awam, saya berharap aparat polisi siapapun itu yang terlibat dalam kasus kejahatan yang dapat merusak citra dan wibawa kepolisian kita layak dipecat dengan tidak hormat dan diganjar hukuman berat seberat-beratnya.

Mestinya polisi yang terlibat kasus narkoba diberi sanksi berat agar ada efek jera. Jika bandar narkoba divonis hukuman mati, maka seharusnya polisi yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba ya dihukum mati juga.

Ya kan dia tahu hukum, terlebih khusus lagi jika polisi tersebut diberi tugas untuk memberantas narkoba. Paham hukum, tapi menyalahi hukum. Iya, kan? Jadi, harus dihukum lebih berat daripada masyarakat biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun