Sampai hari ini, beberapa kawan saya masih membicarakan mengenai vaksin Covid-19. Apakah mereka vaksin atau tidak?Â
"Bagaimana, kita jadinya vaksin atau nggak? Takut juga gue," tanya kawan saya dalam obrolan di group WhatsApp "Emak-emak Militan".Â
Saya sih menyampaikan, ya harus divaksinlah karena dengan divaksin tubuh akan membentuk antibody untuk melawan virus Corona. Tidak bisa tidak. Keterlibatan kita dapat dengan segera memutus mata rantai penularan Covid-19.Â
"Gue mau divaksin, udah daftar, siapa tahu bisa umroh lagi. Kan umroh syaratnya selain vaksin menginitis, juga vaksin Covid-19," kata kawan saya yang lain.Â
"Gue juga mau ini divaksin tinggal menunggu informasinya aja. Gue juga pengen tahu setelah divaksin bagaimana reaksi tubuh gue," kata saya.
"Eh, loe ngapain divaksin, nggak boleh itu. Kan loe kanker. Vaksin nggak boleh diberikan salah satunya oleh penderita kanker," kata kawan saya lalu membagikan flyer pihak-pihak yang tidak boleh divaksin.
"Gue kan penyintas bukan penderita dan sejauh ini gue dalam keadaan baik-baik saja," kata saya.
"Iya, tetap aja nggak boleh itu," tandas kawan saya lagi.
"Iya, mak nggak boleh. Gue juga nggak boleh kan gue autoimun," sergah kawan yang lain.
Apa iya, penderita atau penyintas kanker tidak boleh divaksin?Â
Ketika saya tanyakan hal ini kepada Ketua Tim Mitigasi Covid-19 PB IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Dr. Muhammad Adib Khumaidi, Sp.OT, katanya sih tidak masalah penyintas kanker divaksin selama kondisi tubuhnya baik-baik saja.Â