Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Isolasi Mandiri di Rumah, Sudahkah Dilakukan dengan Baik dan Benar?

7 Februari 2021   17:29 Diperbarui: 7 Februari 2021   18:20 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pemaparan dr. Abid (dokpri)

hasil screenshoot (dokumen pribadi)
hasil screenshoot (dokumen pribadi)
Terkait isolasi mandiri, Prof. Dr. Ridwan Amiruddin mengatakan, seiring bertambahnya kasus Covid-19, proporsi orang yang melakukan isolasi mandiri menjadi sekitar 35-40 persen.

Ridwan mengingatkan isolasi mandiri hanya memungkinkan bagi mereka yang rumahnya cukup ruang dan tidak ada lansia. Bagi mereka yang tinggal di permukiman padat atau rumahnya kecil dengan hanya satu kamar mandi, maka isolasi tidak bisa dilakukan di rumah.

"Harus di tempat karantina yang sudah disediakan. Dan, itu dijemput oleh petugas kesehatan. Karena itu, harus disampaikan kepada petugas terkait kondisi rumah saat sudah menunjukkan gejala Covid-19," katanya.

Padahal intinya, isolasi mandiri itu dilakukan dengan memisahkan si sakit agar dia tidak menjadi sumber penularan. Selama isolasi mandiri, pasien perlu berada di dalam rumah atau ruangan selama 14 hari, namun harus memeriksakan diri ke klinik atau rumah sakit jika gejala memburuk.

Namun, pada kenyataannya, ada sejumlah kesalahan yang disadari atau tidak dilakukan orang dengan Covid-19 saat isolasi mandiri.
Kesalahan ini menjadi penyebab munculnya kluster keluarga dan transmisi di komunitas. Ditandai dengan masih saja ada pergerakan populasi di tempat-tempat umum dan berkomunikasi dengan keluarga tanpa masker dan tanpa jarak.

Karena merasa dengan keluarga sendiri, jadi si pasien lalai. Dia tidak berdiam di rumah atau ruangan selama 14 hari. Dia tetap berinteraksi sosial secara langsung dengan anggota keluarga lain sehingga dia menjadi sumber penularan bagi keluarganya atau tetangga.

Mungkin karena merasa tidak bergejala meski positif Covid-19 atau gejalanya ringan, membuat pasien tidak disiplin menerapkan protokol kesehatan. Ditambah kurangnya pengawasan dari petugas puskesmas atau layanan medis menyebabkan kebocoran dalam pelaksanaan isolasi mandiri.

Semisal makan bersama. Semakin sering melakukan aktifitas ini, maka semakin tinggi tingkat penularannya. Apabila mobilitas semacam ini naik satu persen maka kasus Covid-19 bisa naik 8-15 persen.

pemaparan dr. Ridwan (dokpri)
pemaparan dr. Ridwan (dokpri)
Lalu, bagaimana isolasi mandiri yang baik dan benar? Ridwan menjelaskan, sebelum mengisolasi diri, pasien sebaiknya menghubungi petugas kesehatan atau satgas Covid-19 di lingkungan tempat tinggalnya dan menyampaikan dia akan melakukan isolasi mandiri.

Selanjutnya, anggota keluarga segera mengungsikan mereka yang memiliki daya tahan tubuh rendah misalnya lansia, atau sedang dalam pengobatan penyakit kronik seperti diabetes atau kanker, penyakit auto imun, kondisi pernapasan tidak prima, karena mereka berisiko lebih tinggi terpapar Covid-19.

"Selama isolasi, pasien sebaiknya mengembangkan aktivitas yang memungkinkannya berdiam di ruangan seperti membaca atau kegiatan produktif lainnya, dilarang melakukan kegiatan bersama termasuk makan dengan anggota keluarga lainnya, dan tidak menyentuh wajah," tegasnya.

Selain itu, pasien juga harus rutin mencuci tangan menggunakan air dan sabun, selalu berpikiran positif untuk menjaga imunitas, mengontak nomor kontak layanan psikolog jika merasa perlu berbicara tentang kesehatan mental selama isolasi mandiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun