Kedua, perusahaan akan berupaya melakukan efisiensi operasional semisal dengan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Ketiga, gelombang PHK akibat rentetan peristiwa tersebut menambah jumlah pengangguran.
Kempat, ketika pendapatan masyarakat berkurang, aktivitas konsumsi juga ikut terkikis atau berkurang. Kelima, saat sumber pendapatan telah berkurang atau habis terdapat tambahan jumlah penduduk miskin semakin besar.
Yustinus menyadari, kesiapan pemerintah dalam menyusun langkah pemulihan untuk menghadapi ancaman resesi ekonomi menjadi sangat krusial. Terutama terkait kebijakan fiscal sebagai tulang punggung pemulihan ekonomi nasional.
"Pemerintah terus melakukan ikhtiar dengan kebijakan-kebijakan ekstra ordinary. Misalnya mengubah postur APBN yang dilakukan secara terbuka. Dalam perubahan postur APBN ini pemerintah merevisi target pendapatan dan memperhitungkan potensi defisit anggaran. Upaya-upaya ekstra ordinary terus kita lakukan guna menghindari fase depresi ekonomi," katanya.
Sementara itu, Adi Budiarso menyampaikan beberapa strategi Indonesia agar terhindari dari resesi. Di antaranya akselerasi eksekusi Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), memperkuat konsumsi pemerintah dan konsumsi masyarakat.
Menurutnya, mengoptimalkan peran belanja pemerintah menjadi penting untuk menstimulasi roda ekonomi. Untuk memperkuat konsumsi masyarakat, perlu akselerasi belanja bantuan sosial dengan modifikasi belanja perlindungan sosial di antaranya besaran dinaikkan, frekuensi ditambah, dan periode diperpanjang.
Terkait dampak Covid-19 terhadap industri, Atong Soekirman mengungkapkan rata-rata utilitas industri sebelum pandemi sekitar 75 persen-80 persen. Artinya, ada penurunan utilitas lebih dari 20 persen akibat covid-19, bahkan ada yang di bawah 50 persen.
Atong menjabarkan penurunan utilitas terjadi di sejumlah industri -- makanan, minuman, pengolahan tembakau, tekstil dan pakaian. Termasuk juga utilitas di industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, kayu dan barang dari kayu, kertas dan barang dari kertas, serta pencetakan dan reproduksi media rekaman.
Hal yang sama juga dialami utilitas di industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia, farmasi dan produk obat kimia, karet dan barang dari karet, serta kendaraan bermotor.
"Kami sedang coba mengantisipasi, sehingga produksi yang dihasilkan industri akan disalurkan dan bisa terserap," tutur Atong.
Rektor Institut STIAMI Prof Dr Ir Wahyudin Latunreng, saat membuka seminar mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan bergantung pada upaya pemerintah dalam menyalurkan stimulus pemulihan ekonomi nasional. Para pengusaha pun harus mulai menyiapkan strategi guna mempertahankan bisnisnya di tengah kelesuan ekonomi.