Karena itu, penting untuk memperhatikan kesehatan mental petugas kesehatan selama pandemi Covid-19. Isu kesehatan mental yang dialami oleh tim dokter dan tenaga kesehatan yang menangani Covid-19 tentu bukan masalah yang dapat diabaikan begitu saja. Meski, mereka kerap menyatakan "baik-baik" saja, tapi perlu juga diperhatikan kesehatan mentalnya.
Dokter Agung bersyukur, belakangan ini pemerintah sudah mulai aware dengan kesehatan mental pasien Covid-19 karena di beberapa rumah sakit seperti di Wisma Atlet, pasien juga diberi pendampingan tenaga psikolog atau psikiater.
Sementara itu, dr. Mahesa Paranadipa  Maikel yang juga Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia, menyampaikan meski program vaksinasi sudah mulai dilakukan, namun ini hanyalah salah satu upaya pencegahan (preventif).
Kondisi ini tidak akan berjalan maksimal jika masyarakat tetap abai dalam menjalankan protokol kesehatan 5M. Yakni, memakai masker, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, menjaga jarak, membatasi mobilitas, dan menghindari kerumunan.
Selain itu, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus meningkatkan strategi testing secara serentak bagi seluruh lapisan masyarakat sehingga dapat menentukan diagnosa dini agar dapat tindakan segera. Situasi penularan Covid saat ini terutama karena aktifitas mobilitas masyarakat yang semakin meningkat.
Testing ini dibutuhkan untuk bukan hanya screening (penyaringan), namun juga tracing (penelusuran) dan evaluasi penyembuhan. Para pengelola fasilitas kesehatan juga diminta memberikan tes rutin untuk mengetahui status kondisi kesehatan terkini para pekerja medis dan kesehatan yang bertugas menangani pasien.
***
Jika merujuk definisi sehat WHO, UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan UU. No.18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, ketiganya menyatakan sehat atau kesehatan itu bukan hanya menyangkut sehat fisik atau ragawi, melainkan juga mental dan sosial.
Bahkan UU Kesehatan dan UU Kesehatan Jiwa sendiri telah menyempurnakan dengan mencantumkan aspek spiritual. Hal ini berarti, orang yang tubuhnya sedang sakit tak menutup kemungkinan mental, spriritual dan sosialnya pun turut terganggu. Begitu pula sebailknya.
Dengan demikian, saat ini menjadi semakin penting bagi kita untuk memperhatikan aspek di luar ragawi pasien dengan Covid-19, yakni mental, spiritual dan sosialnya. Memperhatikan bahwa pasien dengan Covid-19 adalah seorang manusia utuh yang tidak terpisah-pisah.