Sebenarnya bukan salah bulenya juga sih, tapi perlakuan orang kita terhadap bule di Indonesia yang cukup menjengahkan. Para bule sering dipandang lebih tinggi (superior), sedangkan warga lokal dianggap lebih rendah (inferior).
Masih ada masyarakat kita yang merasa inferior dibanding bule bisa jadi akibat "efek samping" dari masa penjajahan. Terutama saat dijajah Belanda yang selama ratusan tahun itu.
Sudah dijajah, eh penjajahnya selalu berpakaian bagus dengan tubuh yang terawat. Jadi memunculkan kesan masyarakat kita lebih rendah dibanding orang bule. Terlihat dari bahasa tubuh yang selalu menunduk, bahkan berjalan dengan berjongkok.
Begitu setidaknya gambaran yang saya dapatkan saat menonton film-film perjuangan. Apa iya karena itu?
***
Saya perhatikan laman Facebook saya. Di situ ada notifikasi pengajuan pertemanan yang belum juga saya tanggapi. Ada sekitar 80 orang yang mengajukan pertemanan kepada saya.
Dan...taraaa.... semuanya WNA. Setidaknya jika dilihat dari nama dan profil fotonya. Dari fotonya sih memang terlihat ganteng, hidung mancung, mata indah, senyum manis, tubuh atletis. Ya... tipikal orang bule gitu deh.
Profil pekerjaannya pun ok banget. Entah memang begitu apa adanya, atau memanipulasi data biar terlihat keren, agar saya atau yang lain tertarik padanya? Tapi saya sih tidak tertarik sama sekali.
Itu sebabnya saya jadi bertanya-tanya, kenapa jadi banyak orang bule mengajukan pertemanan? Terlebih setelah dikulik-kulik saya tidak mengenalnya, dan tidak memiliki teman yang sama dengan saya. Dari mana tuh orang bisa menemukan saya?
Entah sudah berapa banyak yang mengajukan pertemanan kepada saya, yang selalu saya abaikan setelah saya menelusurinya. Sepintas sih banyak yang terlihat tidak jelas.
Tapi suatu ketika karena penasaran, saya mencoba menerima pertemanan dari seorang pria bule. Foto profile bersama perempuan cantik, yang dugaan saya mungkin istri atau pacarnya.