Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pilih Kampus, PTN atau PTS, Sesuaikan dengan Minat dan Bakat

11 Januari 2021   18:02 Diperbarui: 11 Januari 2021   18:04 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bingung pilih kampus? Saya juga dulu, puluhan tahun lalu, pusing bin bingung mau pilih kampus yang mana. Terlebih saya tidak diterima di PTN (UI). Dua kali saya mencoba ujian masuk ke UI, eh tidak diterima juga! Sebel deh. Maksudnya biar satu kampus dengan abang saya yang diterima di Fakultas Hukum.

Waktu itu, saya pilih program studi Hubungan Internasional dan Akuntansi. Mungkin karena saingannya berat yang katanya peminatnya banyak, jadi peluang saya untuk diterima sangat kecil. Karena masih PD alias percaya diri, saya coba ikut lagi dengan pilihan yang sama, eh tetap tidak diterima. Nasib, nasib!

Saya memilih Hubungan Internasional karena waktu itu saya ingin menjadi diplomat. Seru juga berkunjung ke banyak negara dengan menguasai banyak bahasa asing. Di mata saya, diplomat itu pekerjaan yang keren karena menjalankan tugas untuk kepentingan bangsa dan negara.

Sementara Akuntasi yang menjadi pilihan kedua saya, karena waktu itu saya suka dengan pelajaran Akuntasi. Kebetulan saat SMA saya masuk kelas IPS karena nilai mata pelajaran Biologi jelek. Membuat neraca keuangan, atau laporan keuangan dengan menghitung pemasukan, pengeluaran, saldo sesuatu yang saya sukai (tapi itu dulu...)

Mengapa memilih UI karena faktor jarak saja yang dekat dari rumah. Mau masuk IKIP Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta) yang di Rawamangun, Jakarta Timur, seperti disarankan ibu dan kakak kelas, saya merasa tidak punya bakat untuk menjadi guru. Membayangkan kenakalan murid-murid seperti yang dilakukan kawan-kawan saya rasanya sudah membuat kepala saya pening.

Ya...namanya bukan rejeki, mau bilang apa? Lalu saya mencoba bergerilya mencari PTS yang bagus, akreditasi baik, biaya terjangkau, tidak jauh dari rumah, dan sesuai dengan passion saya.  Akhirnya, dapatlah PTS di wilayah Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Namanya Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta.

Kebetulan ada beberapa kawan SMA saya yang juga memilih berkuliah di sini. Berdasarkan informasi yang saya dapat, Fakultas Ilmu Komunikasi di kampus ini yang terbaik untuk kategori PTS. Saya pun tertarik.

Setelah melewati ujian masuk, saya akhirnya diterima di Fakultas Ilmu Komunikasi dan saya berada "diperingat" 50 besar yang lulus ujian. Akreditasi untuk fakultas ini adalah A. Ya, saya senang dong diterima di fakultas yang sesuai dengan passion saya ditambah akreditasinya bagus.

Bagi saya memilih jurusan yang tepat akan membantu saya dalam mencapai tujuan-tujuan hidup saya. Hal pertama yang saya bayangkan saat memutuskan ngampus di sini adalah saya mau jadi apa setelah lulus kuliah yang sesuai dengan passion saya. 

Gambaran menjadi apa inilah yang memudahkan saya untuk menuntaskan kuliah saya. Saya sebenarnya tidak terlalu khawatir juga apakah nanti bisa mendapatkan pekerjaan atau tidak. 

Karena berdasarkan informasi yang saya dapatkan banyak lulusan kampus ini yang diterima di perusahaan-perusahaan. Tidak sedikit yang memegang jabatan dan posisi yang bagus. 

Terbukti wajah-wajah para alumni berikut posisi dan jabatannya terpampang dalam baliho penerimaan mahasiswa baru di depan kampus. Mereka bisa, saya juga pasti bisa, begitu pemikiran saya.

Dan, terbukti di tahun kedua kuliah, saya mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan program studi saya. Jadi, saya bisa membayar biaya kuliah sendiri.

Alhamdulillah saya pun "sukses" menjadi "orang". Setidaknya sampai detik ini saya sudah lebih dari 25 tahun menekuni profesi saya. 

Selain itu, saya tidak pernah merepotkan dan membebani orang lain. Terutama dalam hal keuangan. Saya juga tidak perlu kasak kusuk minta bantuan orang lain untuk dicarikan pekerjaan. Selama saya mampu, mengapa tidak?

Nah, berkaca pada pengalaman saya, kalau memilih kampus, harus dipikirkan matang-matang. Jangan asal pilih, apalagi salah pilih jurusan yang tidak sesuai pasion. 

Ya sayang saja kan jika kuliah tidak dijalani dengan serius. Jadi, jatuhnya buang-buang waktu, tenaga, dan biaya. Hasilnya juga tidak maksimal. Yang rugi kan diri kita sendiri.

Bagaimana pun, kuliah menjadi salah satu tahapan penting dalam kehidupan pendidikan kita. Kurangnya persiapan dapat berdampak buruk di kemudian hari. 

Karena itu, kita harus memilih jurusan yang kita sukai. Tidak mau kan kuliah selama bertahun-tahun kita mempelajari hal-hal yang tidak kita sukai.

Atau kalau masih bingung coba deh sering-sering melihat situs lowongan pekerjaan di internet. Biar kita bisa mendapatkan pencerahan kira-kira pekerjaan apa yang cocok dengan kita. 

Tentu saja yang sesuai dengan aktivitas yang kita sukai agar pekerjaan yang kita lakoni nanti berhubungan dengan sesuatu yang kita sukai di kehidupan sehari-hari.

Misalnya suka bikin komik atau karikatur atau menggambar, Animasi bisa menjadi jurusan yang tepat. Atau suka mendesain busana bisa pilih jurusan Desain Fashion, suka mendesain produk atau kemasan, pilihlah jurusan Desain Produk. Mungkin juga suka dengan bidang psikologi, kedokteran, hukum, dan lain-lain.

Pokoknya, menelaah diri sendiri kecenderungan kita sukanya apa. Kalau saya kan hobinya menulis, suka membuat puisi, terkadang cerpen, jadi menurut saya masuk ke Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) adalah pilihan yang tepat.

Kalau sudah tahu jurusan yang akan dipilih, maka hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah memilih lokasi kampus. Apakah dekat rumah atau luar kota. Ini untuk mengetahui berapa biaya yang dikeluarkan. Ini untuk menghitung berapa pengeluaran yang harus disiapkan.

Kalau saya pilih dekat rumah karena tidak harus mengeluarkan ongkos banyak. Hanya dua kali naik kendaraan umum. Dulu tarif mahasiswa dan pelajar masih murah, jadi tidak berat diongkos. Dekat dengan rumah, berarti saya juga tidak perlu mengeluarkan uang untuk makan, kost, listrik, dan lain-lain sebagaimana lazimnya yang ngekost.

Nah, kalau jauh dari rumah bisa menjadi tantangan tersendiri. Kita jadi lebih mandiri dan dituntut untuk lebih dewasa. Harus pintar mengatur uang dan waktu juga. 

Terlebih jika keuangan orangtua tidak berlebihan. Kita harus bisa mengantisipasi jika kiriman uang terlambat. Kemandirian ini akan menjadi nilai tambah tersendiri buat kita nanti saat mencari dan menjalankan pekerjaan.

Bagi saya sendiri kuliah di PTN atau PTS sama saja. Apakah kuliah di PTN lebih pintar daripada mereka yang kuliah di PTS, ya kan tidak. Apakah mereka yang lulusan PTN lebih sukses daripada yang lulusan PTS, ya tidak juga kan? Bukan begitu?

Faktor kesuksesan seseorang kan tidak terletak pada apakah ia lulusan PTN atau PTS. Saat mencari pekerjaan hal paling penting yang dilihat adalah kualitas diri, baik dari segi kemampuan atau skill maupun attitude. Faktor inilah yang juga ikut memengaruhi peluang kerjanya di dunia kerja.

Jadi, mau kuliah di PTN atau PTS, saya sarankan tetap jangan salah pilih jurusan ya. Pilihlah yang sesuai dengan minat dan bakat kita. Biar tidak menyesal di kemudiam hari. Ok?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun