Ketika berwisata di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pun begitu. Terlihat ramai tapi sebenarnya sepi. Mungkin karena jumlah pengunjung yang dibatasi dan dibagi dalam dua waktu yang berbeda. Sehingga tidak memunculkan potensi kerumunan. Jadi, sejauh ini amanlah menurut saya.
Selama perjalanan juga kami memakai masker meski kendaraan yang lalu lalang tidak begitu ramai. Ketika singgah di suatu tempat sebisa mungkin kami menjaga jarak dengan pengunjung dan membatasi interaksi dengan yang lain. Saya juga selalu menyarankan anak-anak untuk sering mencuci tangan minimal menggunakan hand sanitizer.
Jadi, saya dan suami merasa perjalanan ini cukup aman dari potensi tertular dari paparan Covid-19. Itu sebabnya, ketika sampai di kawasan Depok, suami akhirnya memutuskan untuk tidak melakukan rapid test lagi. Cukup dengan mengisolasikan diri di rumah minimal selama sepekan.
Selama isolasi mandiri di rumah, kami benar-benar di rumah. Tidak ada yang keluar-keluar. Selama itu pula saya memperhatikan kondisi anak-anak dan suami. Saya mencoba memperhatikan lebih seksama gejala-gejala yang berpotensi memunculkan kecurigaan terpapar Covid-19.
Kalau pun ada perubahan kondisi kesehatan mungkin lebih karena faktor kelelahan. Si kecil, misalnya, badannya agak hangat dan sedikit pilek. Ia juga mengeluh lemas. Lalu ia meminta untuk dikerok. Punggungnya merah menandakan "gejala masuk angin" sebagaimana biasanya saya pahami.
Berdasarkan informasi yang saya baca di hallodoc.com, kerokan sebagai metode pengobatan rumahan untuk mengatasi masuk angin bukan mitos belaka, meski masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikannya secara ilmiah.Â
Saat tubuh dikerok, sirkulasi pada jaringan lunak di area tubuh yang mengalami kerokan terangsang, sehingga aliran darah pada bagian tersebut menjadi lancar. Tidak hanya itu, kerokan dipercaya membantu mengobati peradangan dan memperbaiki metabolisme yang sering memicu munculnya masalah kesehatan tertentu.
Setelah dikerok saya anjurkan anak saya untuk sering minum air hangat karena berdasarkan apa yang saya baca itu sesuatu yang tidak disukai virus. Saya juga memperhatikan asupan nutrisinya. Â Tak lupa untuk mengonsumsi satu sendok makan madu setiap hari.
Alhamdulillah sejauh ini, sampai detik ini baik-baik saja, menepis kekhawatiran terpapar Covid-19. Dan, itu membuat saya tenang dan lega.
Setidaknya, sejauh ini nafsu makan anak saya masih normal. Tidak kehilangan nafsu makan. Penciuman terhadap aroma dan rasa makanan juga masih normal. Karena salah satu gejala terkena Covid-19 adalah hilangnya fungsi indra pengecap dan indra penciuman.
Kalau anak pertama dan kedua saya, juga saya, biasa-biasa saja. Tidak ada keluhan berarti seperti pusing, sakit kepala, demam atau lemas. Mungkin karena setiap hari saya sering minum lemom tea madu hangat. Jadi, badan terasa segar.