Bagaimana saya tidak ketar ketir kami diarahkan menjauhi jalan utama dan masuk ke jalanan kampung yang tak beraspal yang gelap. Kondisinya berbatu-batu, sempit dan tak ada satupun mobil lewat situ. Sepanjang perjalanan yang bisa saya lakukan ya mengawasi keadaan jalan sambil berdoa.
Ada lagi kisah yang cukup membuat merinding ketika perjalanan menuju Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah. Perjalanan tengah malam yang ternyata di depan kami area pemakaman. Dan, baru kami sadari setelah hari menjelang pagi karena kami menginap dengan membuka tenda.
Ketika kami akan ke Air Terjun Jumog, Karanganyar, Google Maps mengarahkan ke jalanan sempit yang melewati rumah-rumah penduduk. Yang ternyata tidak bisa dilalui oleh mobil kami yang besar dan tinggi karena terhalang atap yang rendah.
Meski barang di kabin mobil sudah diturunkan dan rencananya barang dititipkan ke rumah warga, tetap tidak bisa lewat juga karena menyenggol bambu yang menopang atap. Akhirnya, barang dinaikkan lagi ke kabin.
Oleh warga setempat kami diarahkan untuk kembali ke "jalan yang lurus dan benar". "Dari sini belok kiri, nanti ada pertigaan belok kiri, lalu ikuti jalanan itu sejauh 2 kilo, sudah sampai di air terjun," katanya.
Syukurlah halaman rumah warga cukup luas sehingga mobil bisa berputar arah. Entah bagaimana ceritanya jika tidak ada halaman di rumahnya.
Setelah kami ikuti, ya memang ternyata ini jalanan utama menuju air mancur, meski jalanan cukup menanjak dan menurun. Dan, Google Maps mau tidak mau mengikuti arah jalan kami hahaha... Di layar tertulis "mengubah rute" diiringi suara perempuan.
Meski beberapa kali "tersesat", suami tetap mengandalkan Google Maps selama dalam perjalanan. Bagaimana pun teknologi Global Positioning System atau GPS menjadi andalan dalam menemukan suatu tempat.Â
Belajar dari pengalaman "tersesat" suami pun tidak terlalu fokus pada Google Maps. Kami juga sering memperhatikan marka jalan atau sesekali bertanya ke warga. Kalau memungkinkan di situ ada polisi, bisa jadi kami juga akan bertanya kepadanya.
"Tersesat" dalam perjalanan justeru menjadi cerita seru tersendiri buat kami, yang bisa membuat kami tertawa terbahak-bahak. Kisah yang bisa dibagikan kepada saudara yang bertanya keseruan perjalanan kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H