Ya seru-seru saja sih. Tidak ada keluhan juga dari anak-anak. Mungkin karena dikelilingi pemandangan alam yang indah, jadi anak-anak cukup menikmati. Foto sana, foto sini. Bergaya begini, bergaya begitu. Mungkin juga karena ini pengalaman pertama, jadi enjoy-enjoy saja.
Kalau soal makanan, saya lebih banyak membeli di kedai-kedai setiap menyinggahi suatu tempat. Harganya juga masih standar. Tidak ada yang dimahal-mahali. Kecuali di rest area yang harganya agak mahal, tapi menurut saya masih normal.
Saya masak cuma dua kali yaitu saat makan siang bikin nasi goreng nugget ketika menunggu mobil dioprak oprek oleh kawan suami sesama komunitas Tropper, di bengkel pribadi di sekitar Sleman, Yogyakarta, dan saat di Pantai Jolangkong, Malang, Jawa Timur, bikin nasi goreng sosis sapi untuk sarapan pagi. Sudah. Itu saja. Selebihnya di warung-warung makan.
Selama perjalanan, sebagai penunjuk arah, suami mengandalkan teknologi informasi berbasis geografi bernama Google Maps. Mau pergi ke kota lain tapi tak tahu jalan sekarang tidak perlu khawatir untuk tersesat. Dengan Google Maps semua akan teratasi.
Google maps adalah layanan pemetaan berbasis web yang dikembangkan oleh google. Layanan ini memberikan citra satelit, peta jalan, panorama 360, kondisi lalulintas dan perencanaan rute untuk bepergian berjalan kaki, mobil, sepeda atau angkutan umum (Wikipedia).
Menggunakan layanan ini kita dapat mengetahui posisi destinasi yang akan dituju atau yang akan ditemui di sepanjang perjalanan seperti SPBU, toko, restoran, cafe, masjid, dan lain-lain. Termasuk kontur jalanan apakah menanjak, menurun, berbelok, atau menikung. Juga situasi jalanan apakah macet atau tidak.
Idealnya, menggunakan Google Maps kita tidak mudah tersesat, dapat menemukan jalan pintas, mengetahui tempat menarik di sekitarnya, dan dapat lebih menikmati perjalanan. Pengalaman berwisata pun menjadi lebih baik dan mengesankan.
Nah, saya tidak paham juga mengapa Google Maps selalu mengarahkan ke jalanan yang sepi, berkelok-kelok, dengan tanjakan dan turunan yang cukup tajam. Semakin menegangkan ketika menyusuri jalanan di malam hari tanpa ada lampu penerang di kanan kiri jalan.
Beberapa kali bahkan Google Maps mengarahkan jalanan yang sempit dan tidak mulus. Entah karena dicarikan rute dengan waktu tempuh yang lebih cepat, entah karena Google Maps tahu kalau mobil yang kami kendarai adalah jenis mobil tangguh yang bisa menjelajahi segala kontur jalanan?
Ya iya sih tangguh, tapi setangguh-tangguhnya mobil ya kan belum tentu kami setangguh mobil. Bayangkan saja berkendaraan sendirian di jalan gelap gulita, kanan kiri hutan, dan terkadang melalui jurang juga.
Kalau terjadi apa-apa di tengah jalan, dibegal misalnya, siapa yang menolong? Satu-satunya laki-laki dalam mobil ya suami saya seorang. Saya yang dewasa dan anak-anak yang masih kecil, apa yang bisa kami lakukan jika itu terjadi? Kalau siang hari sih mungkin tidak masalah, lha ini malam hari? Sudah itu jaraknya jauh lagi.