Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Malioboro dari Dulu Memang Selalu Hits

27 Desember 2020   22:33 Diperbarui: 27 Desember 2020   23:26 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu (27/12/2020) siang sebelum check out dari hotel, anak-anak mengajak saya untuk kembali mengitari Malioboro. Sepertinya, semalam anak-anak belum puas jalan-jalan di Malioboro.

Ya, siapa yang tidak tahu Malioboro jika berada di Yogyakarta, yang menjadi salah satu ikon Yogyakarta. Dari saya masih remaja hingga saya setua ini, Malioboro tak berubah. 

Tempat ini memang sudah sangat hits dan terkenal sejak jaman dahulu. Tetap ramai dan kian cantik. Tidak membosankan untuk dikunjungi. Anak-anak saya yang baru pertama kali ke sini saja sudah kepincut.

Kami menang sengaja menginap di hotel yang tak begitu jauh dari Malioboro agar memudahkan kami jika ingin ke sini. Tinggal berjalan kaki saja, sampai deh di Malioboro.

Malioboro memang selalu menjadi magnet bagi wisatawan untuk menghabiskan waktu liburan. Berbelanja mulai dari blangkon, gantungan kunci, miniatur andong, batik, kaos khas Jogja, dan banyak lagi. 

Anak-anak malah berburu kaos batik dan kaos yang bertuliskan Jogyakarta. Kebetulan di salah satu toko di jalan Malioboro menjual dengan harga promo. Jadi, anak-anak cukup puas. 

Sebenarnya kaos-kaos semacam ini sering saya bawakan ketika saya berkunjung ke Jogjakarta, jadi tidak asinglah. Mungkin nuansanya jadi lain ketika membeli sendiri. Barangkali ada cerita yang bisa dia bagikan ke teman-temannya.

Rasanya memang ada yang kurang lengkap kalau tidak menyambangi Malioboro saat liburan di sini. Objek wisata ini bikin banyak orang kangen untuk kembali berkunjung ke sini.

Tempat yang tidak pernah mati. Ada saja keramaian di kawasan ini. Para penjaja makanan berjejer di sepanjang jalan. Banyak jajanan khas Yogyakarta ditawarkan di area lesehan ini. Tidak berubah. Masih sama seperti dulu.

Saat makan malam pada Sabtu (26/12/2020), keramaian di Malioboro masih saja tampak. Padahal, waktu sudah menunjukkan pukul 22.30. Meski pusat perbelanjaan tutup, namun di jalan dan toko di kawasan ini tetap buka.

Saya perhatikan, pengunjung malam itu cukup membludak di kawasan utama pariwisata Malioboro. Entah karena malam minggu, entah karena me

Pesona Malioboro di malam hari memang memukau. Jogja nampak begitu hangat dan menyenangkan saat siang hari namun tampil menawan dan eksotis saat malam tiba. 

Jika di siang hari ramai dengan aktivitas wisata belanja, maka di malam hari tempat ini menjadi destinasi wisata kuliner yang menggugah selera. 

Banyak warung-warung yang membuka lapaknya dengan konsep lesehan yang hingga kini masih dipertahankan dan menjadi ciri khas kuliner Jogja.

Jogja nampak begitu hangat dan menyenangkan saat waktu siang hari. Namun kota ini juga bisa tampil menawan dan eksotis saat malam tiba. 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Oh iya, ada pemandangan baru saat saya dan anak-anak akan memasuki kawasan Malioboro. Tadi siang itu, saya dan anak-anak bertemu dengan petugas Satpol PP yang memberhentikan kami. 

Wah saya sudah was-was saja karena surat keterangan rapid test yang menyatakan kami non reaktif tidak kami bawa. Saya simpan di tas. Apa nanti harus disuruh putar haluan?

Eh ternyata tidak. Petugas hanya menginformasikan web kunjungan.jogjakota.go.id. Portal ini akan mendata kunjungan wisatawan atau masyarakat yang ke sini.

Sebagaimana penjelasan petugas bahwa kunjungan.jogjakota.go.id ini aplikasi berbasis web yang disediakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta untuk pencatatan pengunjung yang memasuki ruang publik seperti kawasan wisata, hotel, restoran, toko, dan lain sebagainya. 

Pada setiap lokasi ruang publik akan disediakan QR Code yang unik. Saya diminta untuk memindai barcode yang tertera di  gapura yang bertuliskan Zona 1. Entah dipasang untuk berapa zona. Tapi ini masih uji coba, untuk persiapan menjelang pergantian tahun.

Saya perhatikan ada jurnalis Kompas TV dan Radar Yogya yang menyorot dan membidik kamera hp saat petugas memberikan informasi kepada saya dan anak-anak bahwa ada pengecekan suhu. Wah jangan-jangan saya masuk berita hehehe...

Saya perhatikan, alat pemindai suhu terpasang di tangan patung tentara kerajaan bentuknya mirip. Saya dan anak-anak bergantian berdiri di depan alat pemindai suhu. 

Jika suhu tubuh normal, layar yang mirip hp itu akan menampilkan check list hijau dan bersuara mempersilakan saya untuk melanjutkan kunjungan. Alhamdulillah suhu tubuh kami normal semua. 

Kami pun melanjutkan tujuan. Saya perhatikan favorit wisatawan untuk berfoto adalah di area perempatan Malioboro. Di sini, wisatawan dapat berfoto dengan berbagai spot yang indah. Memang, jalanan ramai oleh lalu lalang kendaraan, namun trotoar tetap tersedia untuk pejalan kaki. 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Anak pertama saya dan kawannya begitu antusias berfoto di perempatan Malioboro. Dari semalam dia belum puas karena hasilnya kurang oke. Selain itu, harus berebutan spot dengan pengunjung yang lain. 

Jadi, sepertinya ia ingin mengulang berfoto. Atau setidaknya dia berfoto dengan latar yang bertuliskan jalan Malioboro tanpa harus antri dengan yang lain.

Di jalanan ini, seolah tidak pernah sepi oleh pengunjung. Baik pejalan kaki maupun pengendara, mulai dari motor, mobil, hingga bus besar. Di sini juga berbaris delman dan kusirnya yang berpakaian lurik yang khas.

Di sepanjang jalan ini, terdapat bangku kayu yang dapat digunakan oleh pengunjung. Untuk duduk santai, atau beristirahat setelah lelah berjalan mengitari kawasan ini. Lampu -- lampu jalan juga begitu unik, dengan tiang dan tempat lampu yang khas. 

Kalau bicara Yogyakarta pasti hampir sebagian besar orang tidak akan melewatkan tempat yang satu ini. Selain lokasinya yang berada di dekat Stasiun Yogyakarta, Malioboro juga tempat bersejarah.

Lihat saja bangunan-bangunan sejarah Hindia Belanda masih kokoh berdiri di sepanjang jalan. Memang Malioboro sarat dengan perjalanan sejarah Kota Yogyakarta. Setiap kali ke Malioboro rasanya seperti kembali ke masa lampau.

Berdasarkan literatur yang saya baca, keberadaan jalan ini tidak terlepas dari peristiwa sejarah Yogyakarta. Malioboro terletak sangat dekat dengan Keraton Yogyakarta. 

Dulu, ketika ada acara besar di Keraton, maka Jalan Malioboro akan dipenuhi dengan bunga. Inilah yang menyebabkan nama Malioboro digunakan, karena dalam bahasa sansekerta berarti "karangan bunga".

Sejarah lain mengatakan nama Malioboro berhubungan dengan nama kolonial Inggris, yaitu Marlborough yang pernah tinggal di kawasan ini pada 1811 -- 1816 masehi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun