Jika suhu tubuh normal, layar yang mirip hp itu akan menampilkan check list hijau dan bersuara mempersilakan saya untuk melanjutkan kunjungan. Alhamdulillah suhu tubuh kami normal semua.Â
Kami pun melanjutkan tujuan. Saya perhatikan favorit wisatawan untuk berfoto adalah di area perempatan Malioboro. Di sini, wisatawan dapat berfoto dengan berbagai spot yang indah. Memang, jalanan ramai oleh lalu lalang kendaraan, namun trotoar tetap tersedia untuk pejalan kaki.Â
Anak pertama saya dan kawannya begitu antusias berfoto di perempatan Malioboro. Dari semalam dia belum puas karena hasilnya kurang oke. Selain itu, harus berebutan spot dengan pengunjung yang lain.Â
Jadi, sepertinya ia ingin mengulang berfoto. Atau setidaknya dia berfoto dengan latar yang bertuliskan jalan Malioboro tanpa harus antri dengan yang lain.
Di jalanan ini, seolah tidak pernah sepi oleh pengunjung. Baik pejalan kaki maupun pengendara, mulai dari motor, mobil, hingga bus besar. Di sini juga berbaris delman dan kusirnya yang berpakaian lurik yang khas.
Di sepanjang jalan ini, terdapat bangku kayu yang dapat digunakan oleh pengunjung. Untuk duduk santai, atau beristirahat setelah lelah berjalan mengitari kawasan ini. Lampu -- lampu jalan juga begitu unik, dengan tiang dan tempat lampu yang khas.Â
Kalau bicara Yogyakarta pasti hampir sebagian besar orang tidak akan melewatkan tempat yang satu ini. Selain lokasinya yang berada di dekat Stasiun Yogyakarta, Malioboro juga tempat bersejarah.
Lihat saja bangunan-bangunan sejarah Hindia Belanda masih kokoh berdiri di sepanjang jalan. Memang Malioboro sarat dengan perjalanan sejarah Kota Yogyakarta. Setiap kali ke Malioboro rasanya seperti kembali ke masa lampau.
Berdasarkan literatur yang saya baca, keberadaan jalan ini tidak terlepas dari peristiwa sejarah Yogyakarta. Malioboro terletak sangat dekat dengan Keraton Yogyakarta.Â
Dulu, ketika ada acara besar di Keraton, maka Jalan Malioboro akan dipenuhi dengan bunga. Inilah yang menyebabkan nama Malioboro digunakan, karena dalam bahasa sansekerta berarti "karangan bunga".
Sejarah lain mengatakan nama Malioboro berhubungan dengan nama kolonial Inggris, yaitu Marlborough yang pernah tinggal di kawasan ini pada 1811 -- 1816 masehi.