Ketika saya diharuskan untuk kemoterapi oleh dr. Rachmawati, SpB.Onk (Spesialis Bedah dan Onkologi) RS Hermina Depok, saya hanya perlu mempersiapkan mental saya. Jangan sampai kekhawatiran saya justeru menurunkan daya tahan tubuh saya.
Saya dikemo di lantai 5 rumah sakit ini, di ruang khusus bertuliskan "Ruang Kemoterapi". Saya tidak sendiri. Ada beberapa pasien kanker yang juga menjalani terapi yang sama, meski dengan jenis, dosis, dan waktu yang berbeda. Pendamping tidak diperkenankan masuk. Kalau saya, tidak didampingi siapa-siapa.
Biasanya, ada sekitar 6 pasien untuk sekali tindakan yang harinya sudah ditentukan. Antara pasien dr Rachma dan pasien dr Budi Siregar tidak digabung, tapi beda hari. Segala informasi mengenai kemoterapi diinfokan dalam group "Kemoterapi".
Saya perhatikan, setiap sesi kemoterapi, pasien selalu dihidangkan dengan 1 butir telur rebus. Hingga sesi terakhir kemoterapi (saya menjalani 14 x sesi), telur rebus tetap setia menjadi menu saya.
Ketika sedang diinfus obat kemoterapi, Senin (14/10/2019), kami -- 5 pasien dr Rachmawati, mendapat kunjungan dari perawat bagian gizi RS Hermina Depok. Ia dan kami saling memperkenalkan nama.
Ia memang ditugaskan untuk menginformasikan kepada pasien kemoterapi mengenai asupan gizi apa saja yang harus dikonsumsi. Katanya, umumnya pasien kanker berat badannya cenderung turun karena nafsu makannya yang terganggu.
"Karenanya pasien harus mengonsumsi karbohidrat dan protein tinggi. Pasien kanker memerlukan lebih banyak protein, baik sebelum dan setelah operasi, kemoterapi, atau terapi radiasi, karena dapat membantu memperbaiki jaringan yang rusak dan mencegah infeksi," jelasnya.
Karbohidrat dapat memberikan energi yang diperlukan tubuh selama pengobatan kanker. Roti, pasta, gandum, produk sereal, kacang kering, kacang polong, lentil, buah-buahan, dan sayuran adalah sumber karbohidrat.
"Jadi makan nasi boleh nggak? Boleh, nggak ada larangan. Makan nasi dalam porsi banyak juga boleh, selama nggak ada penyakit diabetes yang menyertai," katanya menjawab pertanyaan saya.
Dia juga bilang makan mie instan boleh asal tidak setiap hari. Minimal satu bungkus dalam satu minggu karena yang perlu diwaspadai itu bumbunya. "Intinya makan apa saja boleh. Nggak ada pantangan," tambahnya.
Bagaimana dengan makan daging? Ya boleh saja. "Daging sapi, daging ayam, daging bebek, daging ikan. Semuanya boleh, asal dimasaknya matang, jangan setengah matang. Makan telur setengah matang sebaiknya jangan," katanya.
Yang harus dihindari, makan daging dibakar atau dipanggang karena yang gosongnya dapat memicu kanker. Jadi, kalau ingin memakan daging yang diolah begini, yang gosong-gosong dibuang terlebih dahulu.
Saya bertanya, "Minum susu bolehkah?" Â Perawat menjawab boleh. Disarankan susu full cream atau susu formula karena susu "beraroma" seperti stroberi, coklat cenderung lebih banyak gulanya daripada susunya.
"Tapi saya lebih sering minum susu Milo, itu bagaimana?" tanya saya. "Oh itu masih bisa ditolerir karena rasa manisnya masih dalam batas normal," jelasnya. Minum susu kedelai juga ternyata dibolehkan. Tidak ada larangan.
Ia juga menyampaikan untuk tidak lupa makan buah dan sayuran segar yang berwarna. Dianjurkan makan buah segar, bukan buah yang diawetkan dalam kaleng. Begitu juga bukan jus dalam kemasan.
"Katanya, nggak boleh makan dan minum yang manis-manis?" tanya saya.Â
"Boleh aja asal tidak berlebihan," katanya.Â
Jadi mau ngeteh, ngopi ya boleh-boleh saja selama takaran gulanya tidak berlebihan. Kita sebagai pasien ya harus kontrol diri juga, menakar dengan kondisi tubuh.
"Kalau makan yang asin-asin?" tanya saya lagi. "Ya jangan sering-sering. Nanti yang ada malah hipertensi. Pokoknya terukur," ujarnya tersenyum sambil menghampiri kami satu per satu. perawat yang ramah.
"Ada lagi yang ingin bertanya?" tanyanya. Yang lain saling pandang dan tersenyum, lalu diam.
Lalu, saya bertanya mengapa pasien kemoterapi selalu disuguhi menu telur, khususnya telur rebus? Ia menjawab karena telur sumber protein tinggi yang sangat dibutuhkan oleh pasien kanker kemoterapi.
"Tubuh pasien yang lemah bisa dibangkitkan dengan mengonsumsi telur. Orang normal saja butuh protein, apalagi kalau penderita kanker. Orang dikemoterapi kan efeknya mual dan muntah. Ibu dan bapak mengalaminya juga kan," jelasnya.
Telur juga dapat mengurangi rasa lelah dan memberikan energi karena kombinasi protein dan lemaknya. Selain itu, telur mudah dimakan meski pasien dalam keadaan sariawan sebagai efek samping dari kemoterapi.
Tak hanya itu. Telur yang mengandung vitamin B, D dan E diyakini mampu melindungi tubuh dari efek obat keras kanker. Telur juga mengandung selenium yang membantu mengurangi efek samping setelah kemoterapi.
Bagi pasien kemoterapi memang lebih disarankan makan putih telur karena mengandung sumber protein melimpah, serta mudah dimakan dan dicerna.
Makanan sumber protein bisa meningkatkan daya tahan tubuh pasien kanker yang telah dikemoterapi. Sehingga, pasien tidak akan kehilangan energi meski menderita efek samping yang cukup menyakitkan.
Pada saat menjalani kemoterapi, banyak sel sehat yang ikut rusak sehingga perlu perbaikan segera, dan untuk itu diperlukan protein yang cukup.
Tapi, tidak harus melulu direbus, telur bisa diolah dengan beragam cara. Orak arik telur juga cocok untuk makanan ringan pasien kemoterapi.
Kami yang mendapatkan penjelasan dari ahli gizi pun manggut-manggut mengerti. Setidaknya terlihat dari respon kami yang selalu berkata, "Oh begitu."
Karena tidak ada pertanyaan lagi, ahli gizi pun meminta izin pamit. "Kalau tidak ada lagi yang bertanya, saya cukupkan sampai di sini. Nanti kita bertemu dalam sesi kemo berikutnya," katanya.
"Terima kasih suster..." kata kami.
Saya sendiri suka telur. Anak-anak dan suami juga suka. Ini menjadi menu andalan ketika darurat lapar, sementara di meja makan tidak ada apa-apa atau saya yang lagi malas masak atau si mbak yang tidak masuk karena suatu alasan.
Itu sebabnya, stok telur selalu ada setiap hari. Dua anak saya lebih suka didadar dan diomelet, sementara si kecil lebih suka telur mata sapi. Kalau suami, telur diapakan juga dimakan. Telur balado, gulai telur, telur mata sapi, telur dadar. Ah, pokoknya diolah apa saja pasti dimakan.
*sekadar sharing
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H