Melansir dari laman sejarahunik.net, Ali Mohtar, penduduk di desa Karet, Magelang, orang pertama yang mencoba berinovasi membuat makanan lezat berbahan singkong.Â
Oleh Ali Mohtar singkong dikukus kemudian dihaluskan bersama gula, terciptalah gethuk. Saat itu, proses penghalusan singkong masih dengan cara manual yakni dengan ditumbuk di lesung.
Pada 1985, Mbah Ali berhasil membuat mesin penghalus singkong yang bisa menghasilkan gethuk dalam jumlah banyak di waktu yang lebih cepat.Â
Setelah Mbah Ali meninggal dunia, usaha gethuknya kemudian diteruskan oleh anak-anak serta cucu-cucunya, hingga berkembang dan dikenal masyarakat.
Tidak heran, gethuk adalah makanan yang sangat identik dengan Magelang. Saking identiknya, Magelang sering dijuluki sebagai kota gethuk.
Saya suka makanan ini karena teksturnya yang lembut dan kenyal. Rasanya juga manis, legit, dan khas, ditambah dengan gurihnya parutan kelapa membuat saya tidak bosan memakannya.
Biasanya kalau ada sajian gethuk di antara aneka kue dalam suatu acara, entah itu di hotel atau resto kelas biasa atau mewah, atau di mana saja, saya lebih memilih gethuk. Saya bisa berkali-kali memakannya.Â
Kalau makanan itu tersisa hingga acara usai, biasanya saya bawa beberapa, buat saya makan dalam perjalanan pulang atau "oleh-oleh" buat anak-anak di rumah. Biasanya, anak saya sering bertanya, "Bunda bawa apa?"
Warnanya yang bermacam-macam membuat saya tergoda untuk memakannya. Yang pasti gethuk bikin kenyang karena makanan ini mengandung karbohidrat sebagai sumber energi pengganti nasi.
Kandungan karbohidratnya bermanfaat untuk membantu proses pencernaan baik dalam usus besar maupun usus kecil. Selain itu, bermanfaat mengoptimalkan penyerapan kalsium. Jadi, cukup menyehatkan juga.
Sambil menikmati setiap gigitannya, saya menyakini ada pesan moral dari makanan ini. Ada nilai kesederhanaan di sana. Singkong yang harganya murah ternyata bisa memberikan manfaat bagi banyak manusia.