"Waduh cuma ada 1 ini, pada habis," kata suami yang tergopoh-gopoh menuangkan ke mangkok lalu diberikan kepada Putik dan Najmu, anak pertama dan kedua saya. Sebungkus itu dibagi dua.
"Tadi Daddy habis melakukan satu kebaikan makanya agak lama sampai rumah. Tadi Daddy ketemu sama ibu-ibu pemulung yang anaknya banyak itu," katanya.
"Oh Ibu Imelda," kata saya.
"Kepayahan dia bawa-bawa karung di pundaknya," katanya.
"Terus Daddy kasih dorongan deh yang sebelumnya Daddy beli di Mang Asep. Maksudnya biar dia nggak manggul-manggul, tinggal dorong aja.
"Eh, pas Daddy mau pesan kebab ketemu sama ibu itu lagi. Seperti kepayahan begitu. Ada anaknya lagi ngikut," lanjutnya.
Padahal tadi pagi saya bertemu dengan si ibu saat saya melewati minimarket dekat rumah. Duduk istirahat menyandar di tembok bersama anaknya. Wajahnya terlihat letih.
Lha sampai sore masih-masih ngubek-ngubek saja? atau dia balik lagi?
"Ya sudah Daddy tawarin aja antar ke rumahnya. Kan kasihan juga," lanjut suami.
"Rumahnya jauh nggak?" tanya saya.
"Jauhhh banget, makanya Daddy agak lama sampai rumah," jawabnya. "Ketemu sama suaminya?" tanya saya yang dijawab "nggak".