Alhamdulillah...anak saya yang bungsu, Fattaliyati Dhikra, kini berusia 9 tahun. Tidak ada kemeriahan layaknya seseorang yang tengah berulang tahun. Tidak ada "selamatan" atau "kejutan" pas jam 12 malam berdentang. Semua dilalui dengan biasa-biasa saja.Â
Rencananya, keluarga besar saya akan hadir. Itu sebabnya, arisan keluarga diagendakan di rumah saya. Namun, berhubung ada tetangga rumah yang positif Covid-19 dan masih dalam masa karantina maka rencana ini akhirnya ditiadakan. Kan, tidak enak juga.
Biasanya, saya pesan kue ulang tahun agar anak saya merasa hari kelahirannya diingat oleh orangtua. Tidak perlu yang mahal atau mewah. Kek biasa yang dihiasi tulisan namanya, itu sudah cukup menggembirakan buat anak saya.Â
Pernah saya bikin puding yang saya tata sedemikian rupa yang membentuk nama, sudah cukup membahagiakan anak saya. Tidak terlihat kesal atau marah. Tidak macam-macam.
Namun, kali ini saya ingin kue yang tak biasa. Lalu saya pesan donat ultah sama Mbak Agista, mbak penjual donat yang biasa berkeliling kompleks rumah. Soalnya, waktu itu saya sempat tanya apa bisa order donut ultah, yang dijawab bisa.
Kisahnya bisa dibaca di sini: Mbak Penjual Donat dan Filosofi Hidupnya
"Mbak, saya boleh lihat foto-foto donat ultahnya nggak?" tanya saya lewat pesan WhatsApp.
Ia pun mengirimkan beberapa foto yang jumlahnya lumayan banyak. Semuanya menarik. Tulisan, gambar, motif, dan jenis donut bisa disesuaikan dengan permintaan.Â
Saya pun pesan donut dengan sebagian donut rasa green tea sebagaimana permintaan si kecil dan sebagian lagi aneka rasa yang disesuaikan dengan selera lidah dua kakaknya.
Sebenarnya, hari lahir anak saya yang bungsu kemarin, Sabtu (28/11/2020). Tapi berhubung suami dari Jumat ada di gunung Salak, Bogor, karena ada kegiatan pelantikan anggota baru Mapala UI, jadi deh potong kuenya ditunda dulu, hingga bapaknya anak-anak tiba di rumah.Â
Nah, yang jadi pertanyaan, seberapa penting mengucapkan selamat ulang tahun bagi anak? Kalau buat saya pribadi yang sudah memasuki masa tua, ucapan ulang tahun tidak penting. Tidak ada yang ingat kapan tanggal lahir saya, misalnya, ya tidak masalah juga buat saya. Saya tidak akan marah.
Tapi ceritanya menjadi lain jika ucapan itu saya sampaikan pada anak saya. Meski tidak harus, tapi perlu. Itu menjadi salah satu ungkapan saya untuk menjaga hubungan emosional saya dengan anak saya. Dan, biar anak saya juga senang dan bahagia, meski dengan cara yang sederhana.
Saya ingin anak-anak memiliki pengalaman masa kecil yang menyenangkan dengan dipenuhi memori yang indah. Sesuatu yang akan membantunya membentuk karakter yang tangguh untuk tumbuh kembangnya dan dalam hal segala pencapaiannya.Â
Mengapa anak harus bahagia di hari lahirnya? Karena, setidaknya dalam satu tahun terakhir perjalanan hidupnya ada pencapaian-pencapaian yang tidak saja membanggakan saya sebagai orangtua, tetapi juga pada diri anak saya. Dan, menurut saya ini layak untuk "dirayakan".
Apa perlu memberikan hadiah buat anak yang tengah berulang tahun? Bagi saya, memberikan hadiah adalah cara untuk memberikan semangat kepada anak. Tidak perlu berupa barang mahal atau pesta meriah (terakhir itu saat TK, setelah lulus TK, anak-anak saya tidak mau "dirayakan")
Pelukan, ciuman, pujian, dan kebersamaan bersama orangtua bisa jadi itu menjadi hadiah terindah bagi anak. Karena sejatinya, anak-anak sebenarnya lebih menginginkan kedekatan secara emosional dengan orangtuanya. Dan, ini menyadarkan betapa waktu sangat berharga.Â
Saya yakin setiap anak yang memiliki masa kecil menyenangkan dan pengalaman emosi yang positif, kelak akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih percaya diri dan berpikiran positif. Dia juga akan lebih tangguh dalam menghadapi masalah-masalah dalam tahapan kehidupannya. Ya seperti saya ini contohnya hehehe...
Saya ingin mengajarkan anak saya, bahwa moment ulang tahun adalah moment dirinya untuk mengucapkan rasa syukur. Bersyukur karena masih diberi kesempatan menikmati pertambahan usia dengan segala anugerah yang sudah dirasakan hingga di usianya yang sekarang.Â
Juga sebagai evaluasi dan pengingat diri bahwa kehidupan yang dijalaninya masih lebih baik dibandingkan dengan mereka yang mengalami kehidupan yang tak sebaik dirinya. Ini penting untuk diingatkan agar dalam diri anak saya bisa tumbuh rasa empati terhadap orang lain.
Beginilah saya menyikapi ulang tahun anak saya. Tidak berlebihan bukan? Lain orangtua, lain pula menyikapinya. Semua dikembalikan kepada masing-masing orangtua. Iya, kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H