Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Begini Mengajari Anak Menulis Puisi Sederhana

26 November 2020   20:08 Diperbarui: 27 November 2020   02:20 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mencoba memberi rangsangan dengan mengingat pengalama apa yang didapatkan saat belajar di sekolah. Atau hal-hal apa saja yang dia sukai.

"Jangan terburu-buru," kata saya. Untuk mempermudah anak saya menuangkan isi pikirannya ke dalam tulisan, saya mengajaknya berdialog. Dengan cara ini, anak saya akan dapat mengumpulkan kosakata menurut imajinasinya.

Dalam menulis puisi sederhana saya tidak perlu meminta anak bermain dengan kata-kata konotatif yang sulit. Membentuk frasa sederhana dan kalimat yang relatif mudah dipahami itu sudah cukup.

Saya ingin anak saya dapat mengenali dan menjadi dirinya sendiri. Setelah itu, barulah anak dapat mengekspresikan inspirasinya. Nanti juga akan berkembang dengan sendiri seiring bertambahnya usia.

Bagi saya, puisi tidak hanya penting untuk diajarkan sebagai karya seni, tetapi juga merangsang anak untuk berlatih menulis dan membaca.

Muluknya saya, puisi bisa menjadi pintu gerbang anak saya memasuki ke bentuk penulisan lainnya, seperti cerpen atau tulisan lainnya.

Agak lama juga untuk menghasilkan puisi pendek. Sepertinya anak saya kesulitan dalam mengembangkan ide-idenya. 

Anak saya menulis puisi (Dokumentasi pribadi)
Anak saya menulis puisi (Dokumentasi pribadi)
Saya lihat kata-kata yang dipilhnya kurang tepat. Tapi tidak apalah. Untuk ukuran anak kelas 3 SD itu sudah baguslah menurut saya. 

Bagi anak seusia ini memang butuh kesabaran untuk menghasilkan karya indah puisi. Dan, saya tidak bisa mempush harus bagus.

"Segini aja ya bun, aku cape nih nulisnya," katanya. Saya pun tidak bisa memaksanya. Ia mau menulis puisi saja sudah bagus.

Saya lantas memintanya memindahkan ke kertas baru dengan spidol warna warni. Selain biar lebih menarik, guru juga jadi mudah membacanya mengingat dikirimnya dalam bentuk foto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun