Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Begini Mengajari Anak Menulis Puisi Sederhana

26 November 2020   20:08 Diperbarui: 27 November 2020   02:20 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadi pagi anak saya yang kecil mendapat tugas salah satunya membuat puisi mengenai guru. Mungkin dalam rangka Hari Guru Nasional yang baru kemarin diperingati.  

Puisi ini ditulis dalam selembar kertas HVS lalu dihiasi semenarik mungkin. Hasil karya ini difoto bersama anak lalu dikirim ke guru wali kelas. Karya yang bagus, katanya, akan dimuat di majalah dinding sekolah.

"Tugas BDR pagi ini Kamis, 28 November 2020. Membuat puisi tentang hari guru,  kreasikan dengan gayamu sendiri seindah mungkin," begitu kata guru wali kelas di group.

Bagus juga ada tugas ini, jadi melatih anak mengasah untuk mengungkapkan perasaannya lewat tulisan. Bisa menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan  hingga menjadi sebuah karya sastra

Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan secara imajinatif. Ada pelibatan batin di dalamnya. Saya sendiri lebih senang mengungkapkan perasaan saya lewat puisi.

Anak saya bingung mau membuat puisi. Merasa tidak bisa. Wajar saja sih, ini tugas yang tidak mudah juga bagi siapa saja, terlebih siswa kelas 3 SD jika belum terbiasa.

Padahal, materi puisi itu bisa dari kehidupan sehari-hari yang kita rasakan dan kita lihat. Lalu saya memberikan contoh puisi pelajar kelas SD tentang gurunya. Saya minta untuk membacanya dan dicermati.

"Coba apa yang ade rasakan saat ini setelah diajarkan oleh guru? Anggap aja ade lagi ngomong nih sama guru. Ade mau ngomong apa, nah tulis deh," kata saya.

Saya minta anak saya menulisnya dalam kertas berbeda. Jadi kalau ia merasa ada kata yang kurang tepat atau tidak enak dibaca olehnya, bisa dihapus atau dicoret. Ya kertas corat coret.

"Kalau salah ya coret aja ganti dengan kata yang kira-kira enak. Nanti kalau ini sudah ok baru pindahin ke kertas yang satu lagi, lalu dihias deh pakai kertas origami," kata saya.

Anak saya lalu menulis sepenggal kalimat. Berhenti, kemudian berpikir. Lalu bertanya kepada saya kalau seperti yang ditulisnya boleh tidak. Saya bilang boleh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun