Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

6 Tahun Jalani "Toxic Relationship", Begini Kisah Saya

22 November 2020   07:56 Diperbarui: 28 April 2021   23:05 1566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi toxic relationship (kompas.com)

Meski segala "aturan" itu dengan alasan demi kebaikan saya, katanya, ya tetap belum bisa saya terima sepenuhnya. Sekarang saja saya bisa bilang "iya-iya" tapi kalau lama-lama "beban mental" saya terakumulasi ya bisa meledak juga saya.

Daripada nanti ketika menikah terjadi "bom waktu" yang suatu waktu meledak kapan saja, ya sudah saya pun mengakhiri hubungan ini. Kan lebih baik berpisah sekarang daripada nanti setelah menikah. Ya kan tidak ada yang bisa menduga.

Sebenarnya saya sudah pernah minta putus tapi dia tidak mengijinkan karena di matanya sayalah satu-satunya perempuan yang bisa memahaminya. Memahami kekurangannya, dan juga kelebihannya.

Kali ini, ia memenuhi permintaan saya meski dengan sedikit "ancaman". "Loe mau nikah dengan siapa aja silakan nanti juga loe bakal balik juga ke gue. Cinta kan membawa loe kembali ke gue," begitu katanya.

Ya di rumahnya, ikrar perpisahan itu pun terjadi. Berakhir sudah hubungan saya dengannya di tahun ke-6 jalinan terajut, di tahun yang sudah saya dan dia berencana untuk menikah. Sayang memang, tapi menurut saya ini lebih baik.

Kalau diandaikan sudah menikah waktu 6 tahun itu saya rasa sudah bisa punya anak tiga itu. Apalagi saya dan dia sudah merencanakan punya anak sekian hehehe...

Meski belum resmi  melamar, setidaknya dia sudah menyematkan cincin emas di jari manis saya. Meski belum resmi melamar, keluarga dua pihak sudah saling merestui. Tapi, ya memang bukan jodoh, mau bagaimana lagi?

Waktu dia menikah, dia pun mendapatkan istri yang ibu rumah tangga, yang sesuai yang diharapkannya. Kekinian, istrinya punya usaha kuliner yang dijalani di rumah sehingga ada waktu mengurus dia dan ketiga anaknya. (Saya bisa tahu karena saya dan dia masih berkawan baik).

Bagaimana dengan saya? Alhamdulillah, meski hanya mengenal 6 bulan untuk sampai ke jenjang pernikahan, saya mendapatkan suami yang selalu mensupport saya. Membebaskan saya bekerja. Mau bekerja silakan, ingin berhenti bekerja juga silakan. Terserah. Selama itu bisa membuat saya happy. Begitu katanya.

Begitulah kisah saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun