Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Isi Liburan di Rumah Saja, Mengapa Tidak?

30 Oktober 2020   21:30 Diperbarui: 30 Oktober 2020   21:53 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Libur panjang ini saya kok khawatir akan memunculkan klaster baru penularan Covid-19 ya. Bagaimana saya tidak khawatir, berdasarkan berita yang saya baca orang-orang berbondong-bondong menuju tempat wisata. Bahkan terjadi kemacetan.

Berkaca pada pengalaman-pengalaman sebelumnya, seharusnya orang-orang diminta isi liburan di rumah saja, buat mencegah terjadinya lonjakan kasus Covid-19.

Meski masyarakat diminta kooperatif untuk menerapkan protokol kesehatan -- memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, tetap saja potensi penularan Covid-19 tetap ada jika terjadi kerumunan.

Jadi, sebelum memutuskan ke luar rumah harus dipikirkan secara matang dan mempertimbangkan semua risiko yang ada, sekalipun hasil rapid test dan swab test negatif, karena belum tentu juga aman. Kita memang tidak menulari ke yang lain, tapi belum tentu yang lain tidak menulari kita

Terlebih epidemiolog dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra, memprediksikan kasus positif bisa mencapai 1 juta kasus pada Desember nanti (CNN Indonesia, 24/10/2020).

Jadi, saya lebih sepakat momen liburan panjang ini harusnya dijadikan "isolasi mandiri" di rumah dan mengisinya dengan berkumpul bersama keluarga. 

Saya sependapat dengan himbau beberapa kepala daerah yang meminta warga tinggal di rumah saja. Menghabiskan waktunya bersama keluarga.

Lebih baik liburan ke luar kota atau ke tempat wisata ditunda sampai sampai kondisi benar-benar aman dari Covid-19. Rencana saya ke Bali yang sudah diagendakan sebelum virus Corona datang akhirnya saya batalkan juga.

Bagi saya liburan kali ini ya lebih aman tidak ke mana-mana di saat pandemi Covid-19 belum juga mereda. Yang ada, malah kian merajalela menyusup ke berbagai klaster.

Saya sudah bisa membayangkan kalau saya memaksakan diri untuk berlibur ke suatu tempat dalam kondisi libur panjang begini, pasti ramai dan menciptakan kerumunan. Resiko terpapar Covid-19 pun terbuka lebar.

Kekhawatiran saya terbukti juga karena hasil rapid test masyarakat yang berlibur ke puncak, Bogor, banyak yang hasilnya reaktif. Mereka yang reaktif diminta untuk pulang, tidak diperkenankan melanjutkan perjalanannya.

Menurut saya, untuk memutus mata rantai penyebaran itu kuncinya ada di individu masing-masing. Seberapa sering pemerintah berupaya, kalau individu-individunya tidak peduli, tidak sadar-sadar, ya upaya pencegahan itu tidak akan berhasil.

Itu sebabnya, libur panjang ini saya memutuskan tidak ke mana-mana. Dihabiskan di rumah saja. Anak-anak juga tidak protes dan tidak menanyakan, "Ke mana kita liburan kali ini?"

Yang ada malah saya yang menanyakan karena anak-anak tidak ada yang menanyakan. "Kak, kita mau liburan ke mana?" tanya saya kepada anak kedua saya.

"Mau ke mana, orang dalam kondisi begini, enakan juga di rumah," jawabnya sambil tertawa. Mungkin karena sudah terbiasa di rumah, jadi sudah terbiasa pula dengan suasana di rumah. Rasa bosan dan rasa jenuhnya sudah dapat dilaluinya.

Jadilah saya dan anak-anak mengisi waktu dengan nonton bersama dengan memanfaatkan jaringan internet, olahraga bersepeda bersama, masak bersama, makan bersama, bersih-bersih rumah bersama, sambil mengobrol-ngobrol. 

Saya ajak juga anak saya belanja kebutuhan sepekan, dan menyerahkan sepenuhnya kepada anak saya, ingin belanja apa. Saya ingin mengajarkan anak saya untuk bisa tahu apa saja nama-nama pangan yang dibelinya.

Kegiatan-kegiatan itu, selain menghadirkan kegembiraan, juga membuat suasana menjadi lebih akrab. Dan, secara tidak langsung saya mengajarkan anak-anak untuk  mandiri. Anak-anak asyik-asyik saja tuh tidak ada keluhan.

Selepas itu, sesekali saya juga mengisinya dengan malas-malasan dengan bersantai di tempat tidur sambil nonton atau bermain game di ponsel, sambil sesekali ngobrol di group.

Untuk melepaskan rasa kangen pada momen liburan bersama, saya mengajak anak-anak melihat-lihat foto saat liburan bersama, sambil mengulang keseruan saat itu dengan bercerita kembali suasana liburan saat itu.

Menurut saya sih menikmati libur panjang di rumah ya tak kalah menyenangkan dibanding dengan pergi mengunjungi objek wisata. Tidak membosankan juga. Saya dan anak-anak masih bisa tertawa lepas.

Yang lebih penting lagi dapat menghemat pengeluaran hahaha... Jadi pengeluaran untuk liburan bisa dialihkan untuk pengeluaran yang lain yang lebih urgent.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun