Suami saya termasuk tipe ayah yang selalu memenuhi permintaan anak-anak, meski saya sudah memberi sinyal "tidak perlu dan tidak penting" atau "belum saatnya". Tapi karena sayang dan perhatiannya pada anak-anak ya tetap saja dibelikan.
"Daddy, kakak minta dibeliin PS 4," pinta anak pertama saya.
"Daddy, aku mau ganti hp, hpku udah jelek ini," kata anak kedua saya.
"Daddy, aku minta dibeliin sepeda baru, sepedaku udah rusak," si kecil tidak mau kalah.
Permintaan anak-anak semua dipenuhi meski dalam rentang waktu berbeda. Biasanya sih anak-anak mintanya ke saya, tetapi saya selalu alihkan, "Minta ke daddy aja," kata saya.
Kalau saya lebih cenderung memenuhi kebutuhan nutrisi dan fashion, seperti baju, sepatu, tas, dan pernak perniknya. Tapi itu pun dengan catatan "yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan". Jadi, harus disesuaikan dengan kebutuhan.
Anak-anak saya lebih mendengar dan lebih menurut apa yang dikatakan ayahnya daripada saya. Ya didengarkan juga sih, tapi responnya tidak secepat kalau suami yang berbicara.
Misalnya, ketika saya mengingatkan anak-anak untuk shalat, responnya masih santai. Tapi ketika suami yang mengingatkan anak-anak langsung gerak cepat hahaha...
Saya selalu menekankan pada suami sebagai ayah harus bisa memberikan contoh yang baik pada anak-anak. Karena dari keteladananlah, anak-anak akan menjadi pribadi-pribadi tangguh yang sayang pada ayahnya.
Ya tidak dipungkiri juga, hubungan ayah dan anak-anak tidak selalu berjalan mulus. Ada juga ketegangan, terutama ketika anak-anak tidak mendengarkan nasihatnya, namun semua masih dalam batas kewajaran.Â