Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Lima Bulan di Kompasiana, Saya Dapat Banyak Ilmu Kehidupan

22 Oktober 2020   09:15 Diperbarui: 22 Oktober 2020   09:36 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya mengenal Kompasiana 5 bulan terakhir ini. Dengarnya sih sudah lama karena ada kawan saya yang juga sering berbagi tulisan di Kompasiana.

Ada juga kawan kuliah saya yang pernah sempat dipercaya jadi pengelola Kompasiana selama beberapa tahun, yang sering bercerita tentang Kompasiana.

Tapi saat itu saya tidak tertarik karena saya berpikir aktifitasnya tidak berbeda dengan aktifitas menulis saya. Ya... paling juga sama dengan dunia tulis menulis. Lagi pula, waktu saya sudah tersita dengan kegiatan pekerjaan saya. Mengetik laporan ini, mengetik laporan itu.

Karena saya sering berbagi tulisan di Facebook yang bercerita aktifitas saya di rumah, saat tugas di luar kota, liburan bersama keluarga, berkumpul bersama teman-teman, saat melakukan pekerjaan lapangan, ketika berobat, dan lain-lain hingga masalah isu-isu hangat, kawan saya pun menyarankan saya untuk menuangkannya di blog.

"Biar loe puas nulisnya," katanya saat itu. Tapi saya lama tidak meresponnya.

"Gue dapat hadiah lho dari lomba penulisan di blog, lumayan kan..." kata kawan saya lagi sambil memamerkan hadiah produk handphone yang didapatnya. Maksudnya mungkin biar saya tergugah untuk mengikuti jejaknya.

"Gue juara lagi nih," katanya suatu ketika sambil memamerkan piagam penghargaan berikut papan nilai nominal yang didapatnya.

Karena saya belum tergerak juga akhirnya kawan saya ini membuatkan saya blog pribadi atas nama saya dan membuatkan akun saya di Kompasiana.

"Tanggal lahir loe, no KTP loe, email loe, (apa lagi ya yang ditanya?)" tanyanya lewat pesan WhatsApp. Saya tidak terpikirkan akan dibuatkan apa, saya pun memberikan data-data yang dia minta.

Tidak lama dia pun memberitahukan saya blog saya dan akun Kompasiana sudah jadi. "Paswordnya ini ya," katanya.

Wow, saya terkejut, terkesima. Sampai sebegitu perhatiannya kawan yang saya mengenalnya sejak sama-sama masih jomblo. Saya pun mengucapkan terima kasih.

Tapi, saya belum tertarik juga, untuk mengisinya. Di blog pribadi hanya sesekali. Hingga akhirnya Covid-19 meluluhlantakkan berbagai segi kehidupan. Akibat virus Corona membuat banyak orang harus berdiam di rumah. Termasuk saya.

Karena banyak berdiam di rumah otomatis saya memiliki waktu yang cukup luang. Tiba-tiba saya jadi teringat dengan Kompasiana. Saya coba buka ternyata passwordnya salah. Jadi bikin password baru, kemudian memverifikasi dan memvalidasi data-data saya.

Saya pun mendapatkan centang hijau dan menyatakan akun saya terverifikasi. Pada Mei 2020 baru saya mulai aktif menulis. Tulisan pertama saya berupa puisi berjudul "Duhai Corona".

Yang membacanya sedikit di bawah 10, ada yang vote dan ada juga yang memberikan komentar. Karena saya tidak tahu cara mengetahui siapa yang memvote dan siapa yang berkomentar, saya diamkan.

Dalam sebulan baru saya paham untuk melihat siapa saja yang memvote dan berkomentar atau bagaimana saya memvote dan berkomentar, ternyata ada di bagian bawah setelah tulisan. Maklum saya kan pakai hp dan di layar dihiasi dengan banyak iklan jadi pandangan mata saya terhalang.

Sebelumnya yang saya pencet grafik yang berbentuk kotak-kotak biru itu, tapi tidak ada perubahan. Saya pencet berulang kali icon mata, hati, dan kotak di bawah tulisan, tetap tidak berubah.

Setelah saya tahu itulah saya mulai sering menulis. Ada kebahagiaan tersendiri ketika tulisan dibaca oleh orang lain meski jumlah viewnya sedikit. Saya jadi ketagihan seolah-olah mendapatkan suntikan semangat. View yang sedikit saja begitu berpengaruh, apalagi jika viewnya banyak.

Dan, yang membuat saya semakin jatuh cinta dengan Kompasiana adalah relasi yang terbangun dengan sesama Kompasianer yang tidak saya kenal dan belum berjumpa sama sekali.

Memberikan komentar, lalu membalas komentar membuat ruang dialog yang hangat, yang membuat saya semakin terikat dan merasa menjadi bagian keluarga besar Kompasiana.

Di Facebook sih memang ada kolom komentar juga, tapi yang saya rasakan tidak segreget di Kompasiana. Mungkin karena kawan-kawan FB saya sebagian besar adalah orang-orang yang sudah saya kenal. Jadi biasa saja.

Berbeda dengan Kompasiana. Anggotanya tersebar di berbagai provinsi, di luar negeri juga, belum ada yang saya kenal secara fisik maupun personal. Jadi ada nuansa baru yang mengeratkan. Semakin mengasyikkan karena ada kolom komentar untuk sekedar saling menyapa.

Justeru dari adanya kolom komentar itulah yang membuat saya merasa kian dekat. Seolah-olah seperti tidak berjarak dan tidak terpisahkan. Komentar-komentar di tulisan Kompasianer lain juga sering saya baca. Kadang dengan tersenyum, kadang dengan tertawa.

Tidak hanya sekedar menulis dan membaca. Dari tulisan-tulisan di Kompasiana saya juga banyak mendapatkan ilmu dan inspirasi. Mulai dari berbahasa, berpolitik, bersosial, berkomunikasi, berpujangga, berpuisi, berkeluarga, berkarir, bepergian, dan lain-lain, dan lain-lain.

Sejak itu, saya mulai mengabaikan Facebook. Hanya sesekali membukanya. Itu pun sekedar untuk memberi like atau sedikit komentar pada postingan teman. Perhatian menulis saya tercurah pada Kompasiana.

Ketika akun saya sempat diblokir oleh Admin selama seminggu karena katanya saya sudah melakukan 5 kali kesalahan, saya sempat stres, sedih, dan kecewa. 

Yang terpikirkan saat itu saya akan kehilangan rekan-rekan di Kompasiana. Tidak bisa lagi membaca tulisannya dan tidak bisa lagi saling berkomentar. Sampai saya dibuat tidak bergairah dan malas.

Alhamdulillah, akun saya akhirnya pulih kembali setelah secara gigih berkomunikasi email dengan pihak pengelola Kompasiana sebagaimana saran Admin. Setelah pihak pengelola mempelajari bukti-bukti yang saya lampirkan, pengelola pun menyatakan akun saya akan kembali dipulihkan.

Ah lega. Senyum saya pun mengembang, dan bersemangat lagi menulis. Terlebih setelah itu, beberapa tulisan saya menjadi Artikel Utama.

Kini, saya merasakan Kompasiasa bukan lagi sekedar media tempat mencurahkan tulisan, tetapi menjadi satu bagian keluarga besar. Ketika sehari tidak bertemu, rasanya ada sesuatu yang hilang. Seperti sayur tanpa garam. Terasa hambar.

Bagi saya, Kompasiana bukan lagi sekedar mencurahkan segala hal, tapi lebih dari itu. Ini bisa menjadi bentuk dokumentasi "perjalanan hidup" saya yang kelak bisa menjadi kenangan terindah ketika saya kian menua.

Juga menjadi ajang pembelajaran hidup saya yang saya petik dari pengalaman rekan-rekan Kompasiana dari beragam budaya, beragam agama, beragam pendidikan, beragam, pekerjaan, beragam keluarga, beragam tingkatan mulai debutan hingga maestro.

Uniknya, ilmu ini saya dapatkan secara gratis, tidak dipungut biaya (selain biaya langganan Premiun hahaha...) yang bisa saya pelajari kapan saja dan dalam keadaan apa saja.

Di sini, saya juga diajarkan untuk kritis terhadap berbagai isu bangsa yang hangat diperbincangkan. Kompasiana kerap melatih kekritisan kita dengan memberikan topik pilihan. 

Di sini juga, melatih saya untuk terus menulis dan menggali kemampuan menulis saya. Terlebih dengan menulis menjadi obat saya agar kelak tidak pikun dan lambat berpikir.

Pendek kata, ikut bergabung di Kompasiana tidak ada ruginya buat saya, yang ada banyak manfaat yang saya dapat.

Selamat hari jadi ke-12 Kompasiana, teruslah memberikan manfaat dan menebarkan kebaikan buat bangsa ini. I love you...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun