"Obat Samariun ini lebih efektif dibanding morfin yang harus digunakan setiap hari, sementara Samariun sekali dalam sebulan, bahkan bisa dipakai dalam rentang waktu 3 bulan sekali. Bisa dibandingkan keunggulannya," terangnya.
"Penggunaan Samarium-153 Â untuk pasien kanker memberikan manfaat yang besar, walaupun masih harus diobati namun dapat meningkatkan kualitas hidup pasien," tambahnya.
Karena obat ini mengandung radiasi, maka harus dikemas dalam wadah khusus. Botol obat dimasukkan ke dalam kontainer yang beratnya bisa berkilo-kilo. Untuk 1 botol ukuran kecil ini pembungkus kemasannya bisa mencapai lebih dari 3 kg. Saya coba mengangkatnya ternyata berat juga.Â
Kontainer ini pun harus kuat dan tahan dalam segala benturan. Jadi, jika dalam perjalanannya kendaraan mengalami kecelakaan, misalnya, obat-obat ini masih dalam keadaan aman dan tidak pecah yang dapat membahayakan orang-orang di sekitarnya. Pengirimannya pun harus dalam pengawalan ketat.
Batan sendiri bukan yang memproduksi secara massal, melainkan sebagai pihak yang melakukan penelitian. Pihak yang memproduksi secara massal adalah industri farmasi, dalam hal ini PT. Kimia Farma.
Ketika ditanya satu botol kecil itu bisa untuk berapa kali pemakaian, ia tidak bisa menjelaskan. Segala keputusan pengobatan sepenuhnya wewenang dokter dan rumah sakit karena setiap pasien bisa jadi berbeda-beda dosisnya.Â
Kami pun diajak mengelilingi lab dan memasuki ruang hot cell. Di ruang inilah obat yang semula tidak ada radiasinya diberikan radioisotop. Sebelumnya, botol-botol yang berisi cairan obat ini dimasukkan ke dalam tabung khusus, baru diproses untuk diberikan radiasi melalui mesin khusus.
Sejatinya, bukan hanya ini saja hasil inovatif Batan di bidang kesehatan. Batan juga berhasil menemukan pengobatan dan alat mendeteksi untuk penyakit lainnya.Â
Hebat kan...pokoknya tak kalah hebat dengan negara lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H