Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Samariun, Inovasi Batan Atasi Nyeri pada Pasien Kanker

20 Oktober 2020   21:45 Diperbarui: 21 Oktober 2020   07:01 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Obat Samariun ini lebih efektif dibanding morfin yang harus digunakan setiap hari, sementara Samariun sekali dalam sebulan, bahkan bisa dipakai dalam rentang waktu 3 bulan sekali. Bisa dibandingkan keunggulannya," terangnya.

"Penggunaan Samarium-153  untuk pasien kanker memberikan manfaat yang besar, walaupun masih harus diobati namun dapat meningkatkan kualitas hidup pasien," tambahnya.

Karena obat ini mengandung radiasi, maka harus dikemas dalam wadah khusus. Botol obat dimasukkan ke dalam kontainer yang beratnya bisa berkilo-kilo. Untuk 1 botol ukuran kecil ini pembungkus kemasannya bisa mencapai lebih dari 3 kg. Saya coba mengangkatnya ternyata berat juga. 

Kontainer ini pun harus kuat dan tahan dalam segala benturan. Jadi, jika dalam perjalanannya kendaraan mengalami kecelakaan, misalnya, obat-obat ini masih dalam keadaan aman dan tidak pecah yang dapat membahayakan orang-orang di sekitarnya. Pengirimannya pun harus dalam pengawalan ketat.

Batan sendiri bukan yang memproduksi secara massal, melainkan sebagai pihak yang melakukan penelitian. Pihak yang memproduksi secara massal adalah industri farmasi, dalam hal ini PT. Kimia Farma.

Ketika ditanya satu botol kecil itu bisa untuk berapa kali pemakaian, ia tidak bisa menjelaskan. Segala keputusan pengobatan sepenuhnya wewenang dokter dan rumah sakit karena setiap pasien bisa jadi berbeda-beda dosisnya. 

Kami pun diajak mengelilingi lab dan memasuki ruang hot cell. Di ruang inilah obat yang semula tidak ada radiasinya diberikan radioisotop. Sebelumnya, botol-botol yang berisi cairan obat ini dimasukkan ke dalam tabung khusus, baru diproses untuk diberikan radiasi melalui mesin khusus.

Sejatinya, bukan hanya ini saja hasil inovatif Batan di bidang kesehatan. Batan juga berhasil menemukan pengobatan dan alat mendeteksi untuk penyakit lainnya. 

Hebat kan...pokoknya tak kalah hebat dengan negara lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun