Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Samariun, Inovasi Batan Atasi Nyeri pada Pasien Kanker

20 Oktober 2020   21:45 Diperbarui: 21 Oktober 2020   07:01 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arif Iman Nugroho,Kasubag Persuratan, Kepegawaian dan Dokumentasi Ilmiah, memperlihatkan Samariun hadil inovasi Batan (Dokpri)

"Pada tahun ini dan tahun-tahun berikutnya diperkirakan jumlahnya meningkat seiring dengan meningkatnya gaya hidup tidak sehat dan tidak banyak bergerak," terang Rohadi.

Kepala Batan Prof. Dr. Ir. Anhar Riza Antariksawan (tengah) saat memberikan keterangan (Dokpri)
Kepala Batan Prof. Dr. Ir. Anhar Riza Antariksawan (tengah) saat memberikan keterangan (Dokpri)
Itu sebabnya, peran radioisotop dan radiofarmaka sangat diharapkan untuk menjadi solusi dalam penyelesaian masalah kanker. 

Pemanfaatan Radiofarmaka di dunia mayoritas memang digunakan untuk onkologi (penyakit kanker), yang mencapai lebih dari 50%, disusul cardiology (penyakit jantung), baru pemanfaatan lainnya seperti thyroid, dan lain sebagainya.   

Penggunaan Samarium-153 diklaim lebih efektif dibanding dengan morfin. Pengobatan dengan morfin, pasien masih merasakan sakit sehingga tidak bisa beraktifitas. Selain itu, juga berdampak mengganggu kesadaran dan memberikan efek ketagihan.

Berbeda dengan Samariun rasa sakit itu tidak akan dirasakan. Pasien dalam stadium lanjut pun masih bisa beraktifitas tanpa harus merasakan sakit yang berlebihan dan tanpa rasa kantuk yang begitu berat sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. 

Terlebih berdasarkan data WHO, penderita kanker pada stadium lanjut sebanyak 66% atau 2/3 mengalami nyeri akibat kanker yang telah metastasis ke tulang. Karenanya, diperlukan pereda nyeri untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Dan, itu artinya, obat Samariun dapat menggantikan morfin. Selain itu, lebih efektif dan memberikan nilai ekonomi yang lebih besar kepada pasien karena bisa lebih menghemat biaya pengobatan.

Bisa jadi saya salah satu pasien yang sudah merasakan manfaat obat Samariun mengingat kanker payudara yang saya idap waktu itu, sel kankernya juga sudah menyebar ke beberapa ruang tulang. 

Selama menjalani pengobatan sih saya tidak merasakan sakit, masih bisa beraktifitas ke sana ke sini, masih sering juga penugasan ke luar kota. Terlihat dari luar sih seperti orang sehat pada umumnya. 

Arif Iman Nugroho,Kasubag Persuratan, Kepegawaian dan Dokumentasi Ilmiah, memperlihatkan Samariun hadil inovasi Batan (Dokpri)
Arif Iman Nugroho,Kasubag Persuratan, Kepegawaian dan Dokumentasi Ilmiah, memperlihatkan Samariun hadil inovasi Batan (Dokpri)
Usai memberikan pemaparan selama 1 jam lebih itu, kami pun mengunjungi PTRR dan diterima oleh Bapak Arif Iman Nugroho, Kasubag Persuratan, Kepegawaian dan Dokumentasi Ilmiah.

Di sini, saya dan kawan-kawan mendapatkan penjelasan jika Samariun sudah banyak dimanfaatkan oleh berbagai rumah sakit. Di antara RSCM Jakarta, RS Hasan Sadikin Bandung, RS Karyadi Semarang, Siloam MRCC Jakarta, RS Harapan Kita Jakarta, RS Kanker Dharmais Jakarta, dan banyak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun