Intruksi Bpk Kepala Sekolah.
Begitu pesan yang dibagikan di group orangtua. Wali kelas pun memberikan tugas sekolah untuk menambah kegiatan belajar para siswa dari rumah. Orangtua diminta kerjasamanya untuk mengawasi anak-anaknya di rumah.
Dan, "ancaman" yang diberikan tidak main-main, pelajar Kota Depok yang kedapatan ikutan aksi unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja di Jakarta pada hari ini, Selasa 13 Oktober 2020, akan dikeluarkan dari sekolah.
Pemkot Depok juga sudah berkoordinasi dengan Polres Metro Depok terkait aktivitas pelajar yang terlibat unjuk rasa akan dikenakan sanksi sosial dengan tidak akan dikeluarkannya Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) atas nama pelajar yang bersangkutan.
Jadi ketika ingin membuat SKCK nama pelajar tersebut akan terekam sebagai orang yang pernah melakukan tindak tidak terpuji.
Saya sih setuju dengan adanya sanksi ini agar pelajar jadi jera dan lebih mawas diri. Jangan sampai mereka dimanfaatkan atau diperalat oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Terlebih para pelajar ini mudah terhasut dan menjadi obyek ujaran kebencian.
Kejadian tahun lalu atau aksi demontrasi sebelum-sebelumnya harus dijadikan pelajaran. Jangan sampai nyawa anak-anak melayang sia-sia karena terhasut ajakan yang menyesatkan.
***
Saya sendiri menyesalkan adanya pihak yang melibatkan anak-anak (pelajar) dalam aksi unjuk rasa penolakan pengesahan UU Cipta Kerja. Melibatkan pelajar yang masih kategori anak-anak ini berarti melanggar Undang-Undang Perlindungan Anak.
Mengapa saya katakan melanggar karena pengertian anak dalam Undang-undang Perlindungan Anak, tercantum dalam pasal 1 ayat 1, yang berbunyi, "Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan."
Melibatkan anak dalam kegiatan seperti ini jelas tidak dibenarkan oleh undang-undang mengingat dampaknya akan menempatkan anak pada situasi yang rawan dengan konflik yang berpotensi membahayakan keselamatan jiwanya.
Dari kerumunan massa itu, yang saya lihat di layar televisi ada juga sejumlah pelajar sekolah (kejuruan) ikut demo yang kemungkinan besar karena ada yang mengajaknya.