Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Tahsin, Begini Membaca Tanda Sukun dan Waqaf

13 Oktober 2020   07:51 Diperbarui: 24 Mei 2021   16:19 9376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara membaca sukun dan waqaf. | dokpri

Sabtu (10/10/2020) kemarin, seperti biasa saya belajar tahsin, yang diajarkan oleh ibu guru Zahra Faiza. Program kegiatan dari DKM Al Ihsan Permata Depok, Jawa Barat, ini masih diikuti melalui aplikasi zoom.

Ini berarti minggu ke-9 saya belajar tahsin agar cara pengucapan huruf dan tanda baca saat saya membaca Alquran diucapkan dengan baik dan benar sesuai dengan hukum tajwid yang benar.

Setelah membaca basmalah dan doa pembuka majelis, pembelajaran tahsin pun dimulai. Berhubung saya hadir lebih awal di zoom, maka saya pun mendapatkan giliran pertama. Masih melanjutkan hukum membaca tanda sukun.

Adanya tanda sukun menjadi mati huruf yang dibaca. Kalau dalam bahasa Indonesia tanda sukun seperti huruf konsonan, yang dibaca dengan satu ketukan. Tanda baca ini hanya dapat dibaca jika didahului huruf berbaris fathah, kasrah, atau dhammah.

Misalnya, huruf "ba" bertanda baca "fathah" bertemu huruf "fa" bersukun, dibacanya menjadi "baf" atau huruf "ba" berkasrah bertemu huruf "kaf" bersukun, dibacanya menjadi "bik".

Baca juga: Belajar Tahsin, Latihan Membaca Idgham Sempurna dan Tidak Sempurna

Tapi ketika bertemu dengan huruf qalqalah, yaitu "ba, jim, dal, tha, qaf" (agar mudah diingat huruf tersebut dibaca "ba-ju-di-to-ko") yang bersukun, maka membacanya memantul.

Harakat sukun juga bisa menghasilkan bunyi diftong, seperti "au" jika bertemu huruf "wawu" bersukun dan "ai" jika bertemu huruf "ya" bersukun.

Jika di depan huruf "wawu" bersukun bertemu huruf "wawu" yang berharakat maka dibacanya dua harakat atau dibaca mad. Begitu pula jika di depan huruf "ya" bersukun bertemu huruf "ya" berharakat, dibaca dua harakat juga. Huruf mad sendiri hanya ada tiga, yakni  "alif,  ya' dan wawu".

Saya pun diminta untuk mengulang membaca huruf yang sesuai dengan makhrajnya, terutama huruf "ghain" dan "dzal" bersukun karena pengucapannya masih kurang tepat.

Saya harus terus berlatih bagaimana letak lidah dan bentuk mulut saat mengucapkan huruf. Biar lidah saya terasa smooth atau lembut. Begitu kata guru tahsin.

Cara membaca sukun dan waqaf. | dokpri
Cara membaca sukun dan waqaf. | dokpri
Dalam pembelajaran tahsin kali ini, juga mengenai membaca tanda baca "waqaf" yang artinya menahan atau berhenti. Maksudnya, menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan yang bertanda waqaf untuk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan.

Ada banyak tanda waqaf. Namun yang dipelajari kali ini waqaf di akhir kalimat. 

Jika akhir kalimat tidak berharakat sukun (mati) tetapi hidup baik karena berharakat fathah, kasrah, atau dhammah, maka huruf terakhir yang ada pada kalimat tersebut dibaca sukun (mati).

Misalnya, jika di akhir kalimat bertemu huruf "ha" dengan tanda baca fathah, kasrah, dan dhammah, maka bunyi huruf tersebut mati menjadi huruf "h" saja. Bukan dibaca "ha, hi, atau hu".

Baca juga: Belajar Tahsin, Cara Membaca Hukum Iqlab

Lalu, ketika berhenti di akhir kalimat yang berharakat sukun (mati), maka saat berhenti atau waqaf, dalam membacanya tidak ada perubahan sama sekali.

Ketika di akhir kalimat berakhiran ta' marbuthah (seperti huruf "ha" yang ada tanda titik dua di atasnya), maka membacanya dengan mengganti huruf ta' marbuthah tersebut dengan huruf ha' yang dibaca sukun (mati).

Atau pada akhir kalimat, tetapi huruf sebelum waqaf tersebut berharakat hidup, baik fathah, kasrah maupun dhammah, maka membacanya dua huruf yang terletak pada akhir kalimat tersebut dibaca sukun semuanya.

Ada juga jika di akhir kalimat, tapi sebelumnya ada bacaan mad yang huruf sebelumnya berharakat fathah, maka cara membaca kalimat tersebut adalah dengan mematikan huruf yang terletak di akhir kalimat tersebut, dengan dipanjangkan sedikit antara 2, 4, atau 6 harakat.

"Ini adalah mad 'aridh lissukun. Huruf mad yang disusul huruf bersukun karena waqaf.
Mad 'aridh bisa dibaca 2, 4 atau 6 harakat. Untuk belajar saat ini, kita menggunakan riwayat yang 4 harakat," tutur guru tahsin.

"Kadang kalau dengar murottal atau saat tarawih bulan Ramadhan, imam yang kebetulan membaca surah yang panjang, mad 'aridh dibaca 2 harakat. Dalam hal ini diperbolehkan," terangnya lagi.

Lalu, ketika berhenti di akhir kalimat, tetapi huruf akhirnya berharakat fathah tanwin, maka cara memberhentikan bacaan tersebut adalah membaca harakat fathahnya saja sebanyak dua harakat. Misalnya lafadz "salaamann" dibaca "salaamaa"

Ternyata banyak juga ya ilmu tadwjid yang harus kita pelajari. Ini baru sebagiannya saja. Belum ilmu-ilmu tadjwid lainnya yang begitu luas.

Cara membaca "waqaf" misalnya, bukan hanya sebatas yang dipelajari hari ini karena ternyata tanda baca "waqaf" juga banyak. Dan, tentu saja harus dipelajari satu per satu.

Entah butuh waktu berapa lama untuk menuntaskan itu semua dan menguasai ilmu tadjwid secara keseluruhan agar bacaan Alquran yang kita baca benar-benar dibaca dengan baik dan benar.

Ibu guru tahsin bercerita mengapa akhirnya ia juga belajar tahsin karena merasa "ditegur" oleh orang asal Turki saat membaca Alquran di Masjidil Haram, Mekkah, pada 2011.

Kala itu, ia tengah membaca Alquran lalu dihampiri oleh seseorang dan duduk di sampingnya. Orang tersebut mendengarkan bacaan Alquran dengan tersenyum, lalu tersenyum, dan tersenyum, tanpa sepatah kata dari mulutnya.

"Kenapa orang ini senyam senyum, jangan-jangan bacaan Alquran saya dibacanya salah, kurang tepat. Nah sepulang dari Mekkah itulah akhirnya saya pun memutuskan untuk belajar tahsin," ceritanya.

Baca juga: Belajar Tahsin, Allah Melihat Proses Bukan Hasil

Setelah bercerita-cerita dan bertanya-tanya, akhirnya tuntas sudah pembelajaran tahsin selama dua jam itu, yang diakhiri dengan mengucapkan Alhamdulillah dan doa penutup majlis.

Semoga para murid tetap diberi kesabaran untuk mengikuti pembelajaran ini dan guru tahsin juga diberikan kesabaran dan keikhlasan dalam mengajari para muridnya.

Demikian. Berharap tulisan ini memberikan manfaat bagi kita semua..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun