Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aksi Tolak Omnibus Law dan "Ancaman" Klaster Baru Covid-19

7 Oktober 2020   13:54 Diperbarui: 9 Oktober 2020   07:30 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai perwakilan rakyat, ya harusnya DPR mendengar suara rakyat. Harusnya menahan diri. Apa sih ruginya menunda? Apa urgensinya juga? Kenapa pemerintah tetap berkeras mengesahkan Omnibus Law di tengah pandemi Covid 19? Dilakukan secara diam-diam lagi, di tengah malam, dalam kesenyapan. Apakah ada tekanan dari negara lain?

Saya tidak bisa menyalahkan masyarakat yang akhirnya melakukan unjuk rasa di tengah pandemi, karena jauh sebelum disahkan draf Omnimbus Law mereka sudah menilai itu bermasalah. Apalagi banyak yang menilai UU Omnibus Law lebih berbahaya dari pada wabah Covid-19.

Sebagaimana diketahui UU Ciptaker dibahas dalam waktu yang relatif singkat di DPR. Dimulai pada April lalu tuntas dengan pengesahannya pada Selasa (5/10/2020). UU tersebut meliputi 15 bab dan 185 pasal serta merevisi 76 undang-undang.

Kalau saja DPR mau mendengar, tentu saja kejadiannya tak akan seperti ini. Penanganan pandemi Covid-19 pun bisa menjadi lebih fokus. Masyarakat juga jadi tenang untuk beraktifitas.

Untuk berjaga-jaga memunculkan klaster baru, saya menilai ada baiknya pihak-pihak yang terkait dalam penanganan Covid-19 untuk mentracking peserta unjuk rasa. Termasuk aparat kepolisian yang melakukan pengamanan dan pedagang atau orang-orang di sekitar titik demonstrasi.

Lakukan rapid test dan tes swab. Jika, ada yang menunjukkan gejala kan bisa segera ditangani agar tidak berpotensi menularkan ke yang lain. Merepotkan sih, tapi ini lebih baik daripada Covid-19 menjadi lingkaran setan yang tidak diketahui titik putusnya.

Demikian kekhawatiran saya, yang mungkin juga menjadi kekhawatiran bersama. Semoga kekhawatiran ini tidak terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun